Al Bara’ bin Azib radhiyalloohu ‘anhu meriwayatkan, bahwa Rosululloohu Sholalloohu ‘alayhi wasallam bersabda, “Apabila kamu hendak berangkat ke tempat tidurmu maka berwudhulah seperti wudhumu untuk sholat, kemudian berbaringlah pada sisi badan sebelah kanan. Setelah itu ucapkanlah, ‘Alloohumma aslamtu wajhiy ilayka wafawwadhtu amriy ilayka wa aljaktu zhohriy ilayka roghbatan warohbatan ilayka laa malja-a walaa manjaa minka illaa ilayka. Alloohumma aamantu bikitaabikal ladziy anzalta wabinabiyyikal ladziy arsalta’ (‘Duhai Allooh, aku menyerahkan wajahku kepada-Mu, aku menyerahkan urusanku kepada-Mu, aku menyandarkan punggungku kepada-Mu, karena senang dan takut pada-Mu. Tiada tempat perlindungan dan penyelamatan dari-Mu, kecuali kepada-Mu. Duhai Allooh, aku beriman kepada kitab yang telah Engkau turunkan, dan Nabi yang telah Engkau utus’). Apabila engkau meninggal dunia pada malam tersebut, maka engkau meninggal dunia di atas fitrah (Islam).” [HR Bukhari (5836) kitab Ad Da’wat, (239) kitab ¬Al Wudhu’ dan lafal tersebut adalah miliknya. Muslim (4884) kitab Adz Dzikru wad Duaa’]
Berbaring mungkin saja dilakukan dengan tengkurap, telentang, atau berbaring pada salah satu sisi badan; sebelah kanan maupun kiri. Lantas, bagaimanakah posisi berbaring yang paling baik demi berjalannya aktivitas seluruh anggota badan?
Ketika seseorang tidur tengkurap, menurut Dr. Zhahir Al-Athor, “Sesaat kemudian ia akan merasakan sesak nafas. Sebab beban punggung yang begitu berat menghalangi dada untuk mengembang dan mengempis saat menarik dan mengeluarkan nafas. Posisi tidur seperti ini juga dapat menyebabkan kebengkokan secara paksa pada ruas tulang tengkuk serta gesekan alat kelamin dengan tempat tidur yang mendorong untuk melakukan onani atau masturbasi. Selain itu, posisi tersebut dapat membuat jantung dan otak semakin bekerja keras.”
Seorang peneliti dari Australia mencatat bahwa tingginya persentase kematian anak-anak secara tiba-tiba mencapai tiga kali lipat tatkala mereka biasa tidur tengkurap dibandingkan anak-anak yang tidur pada salah satu sisi badan. Majalah Times juga mempublikasikan sebuah penelitian serupa yang dilakukan oleh orang-orang Britania yang menegaskan tingginya persentase kematian secara tiba-tiba di kalangan anak-anak yang biasa tidur tengkurap.
Satu hal yang benar-benar menakjubkan, ternyata banyak penelitian modern senada dengan apa yang diperintahkan oleh Rosulullooh Sholalloohu ‘alayhi wasallam, yakni dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Huroiroh radhiyalloohu ‘anhu, “Rosulullooh Sholalloohu ‘alayhi wasallam pernah melihat seseorang tidur tengkurap. Lantas Beliau Sholalloohu ‘alayhi wasallam pun bersabda, ‘Inna haadzihi dhoj’atun laa yuhibbuhallooh’ (Sesungguhnya tidur seperti ini tidak disukai Alloh).” [HR Ahmad (14993), Abu Dawud (4383), Tirmidzi (3692) kitab Al ‘Adab dan lafal tersebut adalah miliknya]
Adapun tidur telentang, sebagaimana pendapat Dr. Zhahir Al-Athor, dapat menyebabkan pernafasan melalui mulut, sebab mulut akan terbuka tatkala tidur telentang. Ini dikarenakan adanya kelonggaran pada rahang bawah. Padahal hidung adalah alat yang telah dipersiapkan untuk bernafas, yang di dalamnya terdapat rambut dan lendir. Keduanya berfungsi untuk membersihkan udara yang masuk. Selain itu, di dalam hidung juga terdapat banyak pembuluh darah untuk menghangatkan udara.
Meskipun pernafasan dapat dilakukan melalui mulut, namun hal tersebut akan menyebabkan pelakunya rentan terkena flu (pilek) di saat musim dingin, terjadinya pengeringan gusi, dan selanjutnya dapat menyebabkan terjadinya radang gusi.
Posisi tidur telentang juga memunculkan kasus berlebihnya udara yang masuk. Dalam posisi ini leher, langit-langit mulut, dan anak lidah (uvula) akan menghambat aliran nafas melalui hidung, sehingga sering terjadi dengkuran.
Bernafasnya orang yang tidur dari mulut akan menyebabkan lidahnya tertutup oleh lapisan putih yang menimbulkan bau mulut tidak sedap. Pada wanita, posisi ini akan menekan bagian lidah, sehingga wanita tersebut akan merasa cemas (gelisah).
Posisi ini juga tidak bagus untuk tulang punggung, sebab punggung menjadi tidak lurus. Terkadang ia akan menyebabkan kebengkokan pada tengkuk dan pangkal paha. Pada anak-anak, akan menyebabkan kepala menjadi datar jika terbiasa melakukannya dalam jangka waktu yang lama.
Tidur pada sisi sebelah kiri juga tidak dibenarkan. Sebab hati berada di bawah tekanan paru-paru sebelah kanan yang lebih besar ukurannya dibandingkan paru-paru sebelah kiri. Hal itu dapat mempengaruhi tugas dan fungsi paru-paru, khususnya bagi orang yang berusia lanjut. Bagian lain yang terkena imbasnya adalah perut. Perut yang terisi penuh akan terhimpit. Himpitan itu pun akan mengenai jantung dan hati. Hati merupakan isi perut yang paling berat dan posisinya tidak kokoh. Ia hanya tergantung pada ikatan yang ada pada sisi sebelah kanan. Akibatnya ia akan menghimpit jantung dan lambung yang menyebabkan terlambatnya pengosongan makanan dalam lambung.
Riset yang dilakukan oleh dua ilmuwan, Jalth dan Putzeyh, membuktikan bahwa perjalanan makanan dari lambung menuju usus selesai dalam waktu 2,5 – 4,5 jam saja bila seseorang tidur pada posisi badan sebelah kanan. Namun jika tidur pada sisi badan sebelah kiri, hal itu baru bisa diselesaikan dalam waktu 5 – 8 jam.
Jadi, tidur pada sisi badan sebelah kanan merupakan posisi yang benar, karena paru-paru sebelah kiri lebih kecil daripada yang sebelah kanan, sehingga lebih ringan bebannya bagi jantung. Hati pun dalam keadaan stabil dan tidak tergantung. Lambung juga dapat beristirahat di atasnya dengan penuh relaksasi. Selain itu, lebih mudah untuk mengosongkan makanan yang ada di dalam lambung sesudah mencernanya. Lebih dari itu, tidur pada sisi badan sebelah kanan di anggap sebagai tindakan medis terbaik yang memudahkan tugas batang tenggorokan rongga paru-paru sebelah kiri untuk mempercepat pengeluaran kotoran berupa ingus (lendir).
Selanjutnya Dr. Ar Rowi berkomentar, “Terjadinya pelebaran rongga-rongga paru-paru (bronkiektasis) adalah di sebelah kiri, tidak pada sebelah kanan. Sebab rongga-rongga paru-paru sebelah kanan bertahap naik ke atas (sedikit miring), yang mempermudah pengeluaran kotorannya melalui silia bronkhial. Adapun rongga paru-paru kiri dalam posisi vertikal, menyulitkan pembuangan kotorannya ke atas, sehingga menumpuklah kotoran-kotoran tersebut pada lower lobus (lobus bawah paru-paru) yang menyebabkan bronkiektasis (pelebaran rongga-rongga). Tanda-tandanya, banyak membuang dahak pada pagi hari. Penyakit ini bisa meningkat menjadi penyakit berbahaya, seperti abses paru-paru dan penyakit ginjal. Penyakit-penyakit tersebut bisa diminimalisir dengan terapi tidur pada sisi badan sebelah kanan, sebagaimana sabda Rosululloohu Sholalloohu ‘alayhi wasallam.
Sumber :
Nabi Sang Tabib. Mukjizat Kesehatan Fisik di Balik Sabda-sabda Nabi Sholalloohu ‘alayhi wasallam. Oleh Shubhi Sulaiman. Penerbit Aqwam. Cetakan I, April 2010
...Moga ALLAH Memberi Kesembuhan Padamu...
Wahai orang-orang beriman, sambutlah seruan Allah dan Rosul, ketika menyeru kalian kepada apa yang menghidupkan kalian.” (Al-Anfaal [8] : 24) Setiap kali aku melewati sekelompok malaikat pada malam Isra', pasti mereka berkata, 'Hai Muhammad, perintahkan umatmu untuk melakukan bekam.' (HR. Ibnu Majah)
Minggu, 24 Oktober 2010
Kamis, 05 November 2009
Ketentuan Penggunaan Habbatus sauda’
Oleh dr. H. Hendrik, S.Ked., M.Kes.
Dosis penggunaan habbatus sauda' untuk pemeliharaan kesehadan pengobatan terhadap penyakit tubuh adalah 40 – 8- mg/kg berat badan/hari untuk sediaan bubuk, atau 2 – 3 x ½ - 1sendok teh (± 2,5 – 5 ml) setiap hari untuk sediaan cair, untuk mengobati penyakit yang tergolomg ringan.
Untuk mengobati penyakit yang tergolong sedang diberikan dengan dosis 100 – 200 mg/kg berat badan atau 3 – 4 x ekstrak nigella sativa ½ - 1 sendok teh (± 2,5 – 5 ml) per harinya.
Untuk penyakit yang tergolong berat diberikan dengan dosis 200 – 300 mg/kg berat badan atau 4 - 5 x ½ - 1 sendok teh (± 2,5 – 5 ml) per harinya.
Semua dosis dibagi dalam 3 – 5 kali pemberian. Habbatus sauda’ dapat diminum sebelum atau sesudah makan, namun anjuran penulis sebaiknya diberikan sesudah makan, karena terkadang aroma habbatus sauda’ yang sudah tertelan akan sangat terasa, dan untuk orang-orang tertentu dapat menimbulkan rasa mual dan muntah.
Habbatus sauda’ juga sangat efektif bila dikombinasikan dengan pemberian minyak zaitun dan madu cair, dengan dosis pemberian 3 x ½ - 1 sendok teh (± 2,5 – 5 ml) sesudah makan, dengan tenggang waktu pengonsumsian obatnya adalah satu jam dari masing-masing ketiga obat tersebut, dan jangan sekali-kali mencampurnya dalam satu wadah/kapsul, dan dalam satu waktu pengonsumsian.
Untuk penggunaan topikal, terutama untuk kelainan-kelainan kulit,dosis pemberiannya dapat diberikan 3 x 2 – 3 olesan tipis per hari, pada kulit yang mengalami kelainan/penyakit. Begitu juga pada penyakit-penyakit mata dan telinga, dapat diberikan dengan dosis pemberian 4 - 5 x 2 - 3 tetes per hari.
Pada anak-anak, penggunaan ekstrak habbatus sauda’ dapat diberikapada usia di atas 3 tahun, sedangkan penggunaannya untuk usia di bawah 3 tahun belum dapat direkomendasikan, karena belum ada studi-studi yang dapat dijadikan dasar penggunaannya secara ilmiah.
Penggunaan ekstrak habbatus sauda’ dapat juga diberikan pada ibu-ibu yang sedang hamil.
Penggunaan ekstrak habbatusauda’ juga akan lebih baik bila berdasarkan anjuran yang telah ditentukan dan selalu dipantau efektivitas serta keamanannya selama mengonsumsi ekstrak tersebut kepada dokter yang menanganinya.
* dr. H. Hendrik, S.Ked., M.Kes. Aktivitas sehari-hari adalah di Bagian Radiologi-Radioterapi Onkologi, RSUD DR Moewardi, Surakarta, Jawa Tengah. S1 dan profesi dokter dari FK Universitas Indonesia, Program Pascasarjana MMKO-IKM, FKU UGM, Program Pendidikan Dokter Spesialis di Bagian Radioterapi-Onkologi, FKUI RSCM
Sumber Artikel :
HABBATUS SAUDA'.
Thibbun Nabawy untuk Mencegah & Mengobati Berbagai Penyakit.
Penulis : dr H. Hendrik, S.Ked., M.Kes.
Cetakan I : Maret 2009 M / R. Tsani 1430 H
Penerbit : Pustaka Iltizam
Dosis penggunaan habbatus sauda' untuk pemeliharaan kesehadan pengobatan terhadap penyakit tubuh adalah 40 – 8- mg/kg berat badan/hari untuk sediaan bubuk, atau 2 – 3 x ½ - 1sendok teh (± 2,5 – 5 ml) setiap hari untuk sediaan cair, untuk mengobati penyakit yang tergolomg ringan.
Untuk mengobati penyakit yang tergolong sedang diberikan dengan dosis 100 – 200 mg/kg berat badan atau 3 – 4 x ekstrak nigella sativa ½ - 1 sendok teh (± 2,5 – 5 ml) per harinya.
Untuk penyakit yang tergolong berat diberikan dengan dosis 200 – 300 mg/kg berat badan atau 4 - 5 x ½ - 1 sendok teh (± 2,5 – 5 ml) per harinya.
Semua dosis dibagi dalam 3 – 5 kali pemberian. Habbatus sauda’ dapat diminum sebelum atau sesudah makan, namun anjuran penulis sebaiknya diberikan sesudah makan, karena terkadang aroma habbatus sauda’ yang sudah tertelan akan sangat terasa, dan untuk orang-orang tertentu dapat menimbulkan rasa mual dan muntah.
Habbatus sauda’ juga sangat efektif bila dikombinasikan dengan pemberian minyak zaitun dan madu cair, dengan dosis pemberian 3 x ½ - 1 sendok teh (± 2,5 – 5 ml) sesudah makan, dengan tenggang waktu pengonsumsian obatnya adalah satu jam dari masing-masing ketiga obat tersebut, dan jangan sekali-kali mencampurnya dalam satu wadah/kapsul, dan dalam satu waktu pengonsumsian.
Untuk penggunaan topikal, terutama untuk kelainan-kelainan kulit,dosis pemberiannya dapat diberikan 3 x 2 – 3 olesan tipis per hari, pada kulit yang mengalami kelainan/penyakit. Begitu juga pada penyakit-penyakit mata dan telinga, dapat diberikan dengan dosis pemberian 4 - 5 x 2 - 3 tetes per hari.
Pada anak-anak, penggunaan ekstrak habbatus sauda’ dapat diberikapada usia di atas 3 tahun, sedangkan penggunaannya untuk usia di bawah 3 tahun belum dapat direkomendasikan, karena belum ada studi-studi yang dapat dijadikan dasar penggunaannya secara ilmiah.
Penggunaan ekstrak habbatus sauda’ dapat juga diberikan pada ibu-ibu yang sedang hamil.
Penggunaan ekstrak habbatusauda’ juga akan lebih baik bila berdasarkan anjuran yang telah ditentukan dan selalu dipantau efektivitas serta keamanannya selama mengonsumsi ekstrak tersebut kepada dokter yang menanganinya.
* dr. H. Hendrik, S.Ked., M.Kes. Aktivitas sehari-hari adalah di Bagian Radiologi-Radioterapi Onkologi, RSUD DR Moewardi, Surakarta, Jawa Tengah. S1 dan profesi dokter dari FK Universitas Indonesia, Program Pascasarjana MMKO-IKM, FKU UGM, Program Pendidikan Dokter Spesialis di Bagian Radioterapi-Onkologi, FKUI RSCM
Sumber Artikel :
HABBATUS SAUDA'.
Thibbun Nabawy untuk Mencegah & Mengobati Berbagai Penyakit.
Penulis : dr H. Hendrik, S.Ked., M.Kes.
Cetakan I : Maret 2009 M / R. Tsani 1430 H
Penerbit : Pustaka Iltizam
Peran dan Mekanisme Aksi dari Habbatus sauda’ (Bagian 4 - habis)
9. Sebagai obat penyakit asma bronkhial
Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, bahwa di Arab Saudi dan negara-negara tetangganya telah menggunakan ekstrak minyak nigella sativa sebagai obat antiasma bronkhial. Hasil dari beberapa studi menunjukkan bahwa nigellone – sebagai suatu polimer dari thymoquinone – terbukti berperan sebagai suatu zat pencegah (profilaksis) dan pengobatan yang terbaik untuk penyakit-penyakit asma bronchial dan bronchitis asmatis, dan ternyata penggunaannya lebih efektif diberikan pada penderita anak-anak dibandingkan pada penderita dewasa.
Hasil studi lainnya yang dilakukan oleh El-Tahir et al pada hewan uji tikus menunjukkan bahwa ekstrak minyak nigella sativa secara sentral dapat memperbaiki pernafasan dan tekanan saluran nafas (intra trakhea), yang mana efek ini hamper sama dengan efek yang ditimbulkan oleh endometacine, hydrocortisone, dan diethyl carbamazine (obat-obatan antiinflamasi/peradangan) dan berlawanan dengan efek yang ditimbulkan oleh mepyramic, atropine, dan reserpine.
Hasil studi mutakhir yang dilakukan oleh Aqel, MB dam Smith, LJ juga melaporkan bahwa mekanisme ekstrak nigella sativa dan tanaman obat-obatan (herbal medicine) lainnya untuk menyembuhkan penyakit asma bronchial ditunjukkan melalui penghambatan aktivitas jalur cyclooxygenase (COX) dan lipooxygenase (LOX) dari metabolisme arakhidonat dan leukotriens (LTs) yang merupakan salah satu zat biokimia yang memproduksi terjadinya proses inflamasi dan penyempitan pada saluran nafas – yang kekuatannya 1000 kali zat histamin, dan pelepasan zat-zat histamin dari sel-sel mast (basofil) darah secara kuat.
Penulis mendapatkan data dari hasil studi ilmiah terbaru berdasarkan penelitian mutakhir tahun 2008, yang dilakukan oleh Arantrinita di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang menunjukkan bahwa pemberian habbatus sauda’ (minyak jinten hitam) dengan dosis 30 μ/20 g berat badan pada seekor mencit per hari terbukti dapat menurunkan angka limfosit CD4+ bronchus mencit Balb/C model alergi inflamasi.
Penulis juga mendapatkan beberapa pengalaman klinis pada survei pasien-pasien asma bronkhial, sekitar 6 sampai 7 pasien. Alhamdulillah, mengalami perbaikan yang bermakna dalam waktu satu kali 24 jam setelah pemberian habbatus sauda’. Pengonsumsian habbatus sauda’ (berbentuk kapsul) dengan dosis pemberian 80 – 100 mg/kg berat badan, yang dibagi dalam 3 kali pemberian pada pasien dengan cara diminumkan, setelah makan, dan dapat juga dikombinasi dengan minyak zaitun dan madu cair dengan dosis 3 kali dan takaran ½ sampai 1 sendok teh setelah makan.
10. Sebagai antiinfeksi (bakteri, virus, dan parasit)
Studi yang pertama kali dilakukan oleh Topozala et al dan dilanjutkan oleh El-Fatatry melaporkan bahwa fraksi fenol dan volatile oil dari ekstrak minyak nigella sativa dapat meningkatkan aktivitas system imun tubuh untuk membunuh kuman-kuman (bakteri) gram positif. Hasil studi lainnya yang dilakukan oleh Hanafi dan Hatem melaporkan bahwa diethyl ether dari ekstrak nigella sativa dapat menghambat dan menghentikan aktivitas dan kehidupan bakteri-bakteri gram positif, seperti bakteri Staphylococcus aureus, dan gram negatif seperti bakteri Pseudomonas aeroginosa dan Escherichia coli, dan juga menunjukkan efek sinergistik (saling memperkuat efektivitas) terhadap obat-obatan antibiotic lainnya, seperti spectinomycine, erythromycine, tobramycine, doxycycline, chloramphenicol, nalidixic acid, ampicillin, lincomycine, dan cotrimoxazole. Hasil studi ini juga menunjukkan bahwa ekstrak tersebut memiliki kemampuan untuk menghambat aktivitas dan kehidupan dari Candida albicans – salah satu jenis jamur. Pada studi terbaru ditunjukkan bahwa ekstrak nigella sativa dapat berperan baik pada pengobatan bakteri-bakteri gram positif dan negatif yang telah resisten terhadap pengobatan multi antibiotic sebelumnya.
Studi lainnya yang dilakukan oleh Salem, MI dan Hossain, MS pada hewan uji tikus melaporkan bahwa ekstrak nigella sativa secara mencolok menghambat dan mematikan aktivitas virus (cytomegalovirus) yang ada di dalam limpa dan hati, melalui mekanisme peningkatan produksi dan fungsi dari sel interferon gamma (IFN-γ).
Studi lainnya yang dilakukan oleh Akhtar dan Riffat, serta Agarwal, R et al melaporkan bahwa ekstrak nigella sativa dan fraksi alkohol yang terkandung di dalamnya dapat menurunkan persentase jumlah telur-telur cacing, seperti earth worms (Pheritima posthuma, Ascaris lumbricoides, Ankylostoma duodenale, Necator americanus, dan Oxyuris oxyuria), tapeworms (Taenia solium), hookworms (Bunostomum trigonocephalum), dan nodular worms (Oesophagustomum colombionum) dalam feses anak-anak penderita cacingan saat diberikan dengan cara meminumkannya dengan dosis 1 ml/kg (dalam sediaan ekstrak minyak menthol) dan 200 mg/kg (dalam keadaan serbuk), yang sebanding dengan pemberian obat-obat cacing lainnya, seperti netobimine (20 mg/kg) dan piperazine (upixone). Hasil studi ini juga menunjukkan bahwa ekstrak nigella sativa dapat mencegah terjadinya kerusakan hati akibat infeksi dari cacing Schistosoma Mansoni.
Penulis mendapatkan beberapa pengalaman klinis pada survei pasien-pasien, sekitar 10 sampai 20 % pasien yang berpenyakit ISPA/influenza dan satu pasien berpenyakit TBC (tuberculosis) paru-paru. Pengonsumsian habbatus sauda’ (berbentuk kapsul) dengan dosis pemberian 80 – 100 mg/kg berat badan, yang dibagi dalam 3 kali pemberian pada pasien dengan cara diminumkan. Untuk influenza/ISPA, atau 100 – 200 mg/kg berat badan, yang dibagi dalam 3 kali pemberian pada pasien dengan cara diminumkan, begitu juga untuk penyakit TBC, obat tersebut diminum setelah makan, dan dapat juga dik,,.inasi dengan minyak zaitun dan madu cair dengan dosis 3 kali dan takaran ½ sampai 1 sendok teh setelah makan.
11. Sebagai antipanik (anxietas) dan depresi
Studi mutakhir terpublikasi pada hewan uji mencit yang dilakukan oleh Parvahdeh, S dan Hosseinzadeh, H pada tahun 2003 melaporkan bahwa thymoquinone yang diberikan dengan dosis 80 mg/kg/hari, dengan cara diminumkan, tidak menimbulkan efek hipnotik, tetapi akan menimbulkan relaksasi otot. Sedangkan pemberian dengan dosis 1 – 2 mg/kg/hari, dengan cara diminumkan, dapat menekan aktivitas lokomotor pada system saraf pusat dan perilaku yang berhubungan dengannya. Hasil studi ini menunjukkan bahwa thymoquinone dapat berperan sebagai obat antipanik (antianxietas) melalui mekanisme-mekanisme perelaksasian otot (perangsangan pada reseptor gamma [γ], yang dapat menimbulkan efek penghambatan aktivitas sel-sel otot) dan menurunkan aktivitas lokomotor pada system saraf pusat.
Hasil studi terpublikasi paling mutakhir yang dilakukan oleh Al-Naggar, TB et al di Spanyol pada tahun 2003 menunjukkan bahwa ekstrak menthol yang terkandung dalam nigella sativa juga dapat mempengaruhi aktivitas system saraf pusat dan menimbulkan efek antidepresi yang kuat terhadap tubuh manusia.
12. Efek habbatus sauda' terhadap system saluran pencernaan
Studi-studi yang dilakukan di Yunani telah melaporkan bahwa ekstrak nigella sativa dapat digunakan untuk penyembuhan sakit perut dan berfungsi sebagai zat-zat yang dapat memperlancar pencernaan, pencahar, dan gangguan pada saluran empedu hati (antijaundice). Studi lainnya yang dilakukan pada hewan uji musang oleh Chopra et al melaporkan bahwa serbuk ekstrak nigella sativa yang diberikan dengan cara diminumkan dapat mempermudah pengeluaran gas flatus (kentut) dari dalam tubuh, sedangkan nigellone (salah satu polimer karbonil thymoquinone) dapat berfungsi sebagai antagonis (penghambat) aktivasi terjadinya kontraksi pada saluran pencernaan yang telah terinduksi oleh zat histamin.
Studi lainnya yang dilakukan pada hewan uji tikus oleh El-Dakhakhani et al melaporkan bahwa ekstrak nigella sativa dapat menurunkan sekresi (pengeluaran) gastrin – salah satu hormone eksokrin tubuh pada organ lambung dan usus halus – dan menyembuhkan perlukaan/borok (ulkus) pada lambungnya. Hasil dari studi ini juga menunjukkan bahwa pemberian nigella sativa dapat melindungi dinding lambung dan saluran pencernaan terhadap terjadinya ulkus sampai dengan 53,56 % dengan cara meningkatkan kadar musin (salah satu hormone eksokrin tubuh di organ lambung dan usus halus) dan glutathione (salah satu zat antioksidan yang dapat memperbaiki kondisi sel-sel lambung dan saluran pencernaan), serta menurunkan kadar zat histamin (yang terkandung dan disekresi lambung dan saluran pencernaan) dan formasi pembentukan ulkus pada organ-organ tersebut.
Studi mutakhir lainnya yang dilakukan pada hewan uji kelinci, melaporkan bahwa ekstrak nigella sativa pada dosis 0,1 – 3 mg/ml dapat menunjukkan efek perelaksasian otot-otot polos dinding saluran pencernaan secara spontan, dan efek penghambatan kontraksi otot-otot polos tersebut yang telah terinduksi oleh ion kalium, yang terjadi melalui mekanisme calcium channel blockade (penutupan pintu masuk ion kalsium [Ca2+]) pada sel-sel saluran pencernaan.
13. Efek habbatus sauda' terhadap system perdarahan
Di Kuwait, ekstrak nigella sativa dan lemak alami digunakan untuk pengobatan perdarahan dari hidung (epistaksis). Studi yang dilakukan pada hewan uji tikus oleh Ghoneim et al di Kuwait pada tahun 1983 melaporkan bahwa minyak-minyak yang terkandung dalam ekstrak nigella sativa secara bermakna dapat memperpendek atau mempercepat terjadinya proses perdarahan (ditunjukkan oleh nilai indikator waktu perdarahan [bleeding time - BT] yang rendah), dan terjadinya pembekuan darah (yang ditunjukkan oleh nilai indikator waktu pembekuan darah [clotting time - CT] yang rendah).
Salah satu studi mutakhir terpublikasi yang dilakukan pada pasien oleh Tissera, MHA et al pada tahun 2001 melaporkan terjadinya peningkatan kadar Hb (haemoglobin) dan sel darah merah (erythrosit) secara bermakna pada para pasien yang menderita anemia defisiensi, anemia karena gangguan pada sumsum tulang belakang, dan snemia karena kehamilan, yang menerima ekstrak minyak nigella sativa dengan dosis pemberian 2 x ½ sendok teh (2,5 ml)/hari dengan cara diminumkan selama dua bulan.
Penulis mendapatkan beberapa pengalaman klinis pada survei pasien-pasien kanker, sekitar 10 pasien, yang mengalami perdarahan pasca persalinan, kurang darah (anemia) dalam kehamilan/persalinan, mual-muntah dalam kehamilan (hiperemesis gravidarum), ASI terhambat/lactagoge (pasca persalinan), penambah nafsu makan, stamina dan gairahhidup, mengatasi lemah syahwat dan ejakulasi dini, dan lain-lain. Pengonsumsian habbatus sauda’ (berbentuk kapsul) dengan dosis pemberian 40 – 80 mg/kg berat badan, yang dibagi dalam 3 kali pemberian pada pasien dengan cara diminumkan, setelah makan, dan dapat juga dikombinasi dengan madu cair dengan dosis 3 kali dan takaran ½ sampai 1 sendok teh setelah makan.
Dari studi-studi ilmiah tersebut dapat ditunjukkan bahwa ekstrak minyak nigella sativa memiliki khasiat terhadap sebagian besar penyakit yang menyerang tubuh manusia. Di antara khasiat-khasiatnya adalah sebagai pencegah penurunan Hb (haemoglobin) dan jumlah leukosit, serta pencegah kerusakan-kerusakan pada hati, darah, dan ginjal akibat pemberian obat-obatan kanker,sebagai pengobatan penyakit sindroma fanconi (yang timbul akibat pemberian obat kanker), sebagai antioksidan, dapat menyembuhkan penyakit sirosis hepatis, sebagai antihipertensi (sebanding dengan diuretik dan Ca-blocker), sebagai antidiabetes mellitus, sebagai antikolesterol (penyakit dislipidemia), sebagai antikanker payudara, usus besar, paru-paru, hati, dan prostat, sebagai antitumor, sebagai antikanker darah (leukimia), dapat meningkatkan system kekebalan tubuh, sebagai antihistamin, sebagai antiinflamasi/peradangan, sebagai antibiotik (baik untuk bakteri-bakteri gram positif maupun gram negatif), sebagai antivirus, sebagai antijamur, sebagai anticacing, dapat menghambat aktivitas infeksi HIV (virus AIDS), sebagai antiflu, sebagai antipilek dan hidung tersumbat (rhinitis), sebagai antinyeri, sebagai antiinfeksi saluran kemih, sebagai antiperadangan di rongga pelvis/panggul, sebagai pengobatan appendicitis, sebagai pengobatan Crohn' disease(inflammatory bowel syndrome), dan kanker usus besar, sebagai pengobatan cerebral facial palsy, seagai antipanik, sebagai antidepresi, sebagai antirematik, sebagai antiosteoporosis, sebagai antiasma, sebagai antibronkhitis, sebagai antibisa hewan, seperti ular, kalajengking, laba-laba, kucing, anjing, kelinci, dan monyet, dapat juga sebagai antistroke, sebagai antikejang, sebagai antiepilepsi, sebagai antigastritis, sebagai obat pencahar, dapat juga mempercepat proses pembekuan darah, sebagai suplemen tubuh, dan lain-lain.
----------------------------------------------------------------------
* dr. H. Hendrik, S.Ked., M.Kes. Aktivitas sehari-hari adalah di Bagian Radiologi-Radioterapi Onkologi, RSUD DR Moewardi, Surakarta, Jawa Tengah. S1 dan profesi dokter dari FK Universitas Indonesia, Program Pascasarjana MMKO-IKM, FKU UGM, Program Pendidikan Dokter Spesialis di Bagian Radioterapi-Onkologi, FKUI RSCM
Sumber Artikel :
HABBATUS SAUDA'.
Thibbun Nabawy untuk Mencegah & Mengobati Berbagai Penyakit.
Penulis : dr H. Hendrik, S.Ked., M.Kes.
Cetakan I : Maret 2009 M / R. Tsani 1430 H
Penerbit : Pustaka Iltizam
Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, bahwa di Arab Saudi dan negara-negara tetangganya telah menggunakan ekstrak minyak nigella sativa sebagai obat antiasma bronkhial. Hasil dari beberapa studi menunjukkan bahwa nigellone – sebagai suatu polimer dari thymoquinone – terbukti berperan sebagai suatu zat pencegah (profilaksis) dan pengobatan yang terbaik untuk penyakit-penyakit asma bronchial dan bronchitis asmatis, dan ternyata penggunaannya lebih efektif diberikan pada penderita anak-anak dibandingkan pada penderita dewasa.
Hasil studi lainnya yang dilakukan oleh El-Tahir et al pada hewan uji tikus menunjukkan bahwa ekstrak minyak nigella sativa secara sentral dapat memperbaiki pernafasan dan tekanan saluran nafas (intra trakhea), yang mana efek ini hamper sama dengan efek yang ditimbulkan oleh endometacine, hydrocortisone, dan diethyl carbamazine (obat-obatan antiinflamasi/peradangan) dan berlawanan dengan efek yang ditimbulkan oleh mepyramic, atropine, dan reserpine.
Hasil studi mutakhir yang dilakukan oleh Aqel, MB dam Smith, LJ juga melaporkan bahwa mekanisme ekstrak nigella sativa dan tanaman obat-obatan (herbal medicine) lainnya untuk menyembuhkan penyakit asma bronchial ditunjukkan melalui penghambatan aktivitas jalur cyclooxygenase (COX) dan lipooxygenase (LOX) dari metabolisme arakhidonat dan leukotriens (LTs) yang merupakan salah satu zat biokimia yang memproduksi terjadinya proses inflamasi dan penyempitan pada saluran nafas – yang kekuatannya 1000 kali zat histamin, dan pelepasan zat-zat histamin dari sel-sel mast (basofil) darah secara kuat.
Penulis mendapatkan data dari hasil studi ilmiah terbaru berdasarkan penelitian mutakhir tahun 2008, yang dilakukan oleh Arantrinita di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang menunjukkan bahwa pemberian habbatus sauda’ (minyak jinten hitam) dengan dosis 30 μ/20 g berat badan pada seekor mencit per hari terbukti dapat menurunkan angka limfosit CD4+ bronchus mencit Balb/C model alergi inflamasi.
Penulis juga mendapatkan beberapa pengalaman klinis pada survei pasien-pasien asma bronkhial, sekitar 6 sampai 7 pasien. Alhamdulillah, mengalami perbaikan yang bermakna dalam waktu satu kali 24 jam setelah pemberian habbatus sauda’. Pengonsumsian habbatus sauda’ (berbentuk kapsul) dengan dosis pemberian 80 – 100 mg/kg berat badan, yang dibagi dalam 3 kali pemberian pada pasien dengan cara diminumkan, setelah makan, dan dapat juga dikombinasi dengan minyak zaitun dan madu cair dengan dosis 3 kali dan takaran ½ sampai 1 sendok teh setelah makan.
10. Sebagai antiinfeksi (bakteri, virus, dan parasit)
Studi yang pertama kali dilakukan oleh Topozala et al dan dilanjutkan oleh El-Fatatry melaporkan bahwa fraksi fenol dan volatile oil dari ekstrak minyak nigella sativa dapat meningkatkan aktivitas system imun tubuh untuk membunuh kuman-kuman (bakteri) gram positif. Hasil studi lainnya yang dilakukan oleh Hanafi dan Hatem melaporkan bahwa diethyl ether dari ekstrak nigella sativa dapat menghambat dan menghentikan aktivitas dan kehidupan bakteri-bakteri gram positif, seperti bakteri Staphylococcus aureus, dan gram negatif seperti bakteri Pseudomonas aeroginosa dan Escherichia coli, dan juga menunjukkan efek sinergistik (saling memperkuat efektivitas) terhadap obat-obatan antibiotic lainnya, seperti spectinomycine, erythromycine, tobramycine, doxycycline, chloramphenicol, nalidixic acid, ampicillin, lincomycine, dan cotrimoxazole. Hasil studi ini juga menunjukkan bahwa ekstrak tersebut memiliki kemampuan untuk menghambat aktivitas dan kehidupan dari Candida albicans – salah satu jenis jamur. Pada studi terbaru ditunjukkan bahwa ekstrak nigella sativa dapat berperan baik pada pengobatan bakteri-bakteri gram positif dan negatif yang telah resisten terhadap pengobatan multi antibiotic sebelumnya.
Studi lainnya yang dilakukan oleh Salem, MI dan Hossain, MS pada hewan uji tikus melaporkan bahwa ekstrak nigella sativa secara mencolok menghambat dan mematikan aktivitas virus (cytomegalovirus) yang ada di dalam limpa dan hati, melalui mekanisme peningkatan produksi dan fungsi dari sel interferon gamma (IFN-γ).
Studi lainnya yang dilakukan oleh Akhtar dan Riffat, serta Agarwal, R et al melaporkan bahwa ekstrak nigella sativa dan fraksi alkohol yang terkandung di dalamnya dapat menurunkan persentase jumlah telur-telur cacing, seperti earth worms (Pheritima posthuma, Ascaris lumbricoides, Ankylostoma duodenale, Necator americanus, dan Oxyuris oxyuria), tapeworms (Taenia solium), hookworms (Bunostomum trigonocephalum), dan nodular worms (Oesophagustomum colombionum) dalam feses anak-anak penderita cacingan saat diberikan dengan cara meminumkannya dengan dosis 1 ml/kg (dalam sediaan ekstrak minyak menthol) dan 200 mg/kg (dalam keadaan serbuk), yang sebanding dengan pemberian obat-obat cacing lainnya, seperti netobimine (20 mg/kg) dan piperazine (upixone). Hasil studi ini juga menunjukkan bahwa ekstrak nigella sativa dapat mencegah terjadinya kerusakan hati akibat infeksi dari cacing Schistosoma Mansoni.
Penulis mendapatkan beberapa pengalaman klinis pada survei pasien-pasien, sekitar 10 sampai 20 % pasien yang berpenyakit ISPA/influenza dan satu pasien berpenyakit TBC (tuberculosis) paru-paru. Pengonsumsian habbatus sauda’ (berbentuk kapsul) dengan dosis pemberian 80 – 100 mg/kg berat badan, yang dibagi dalam 3 kali pemberian pada pasien dengan cara diminumkan. Untuk influenza/ISPA, atau 100 – 200 mg/kg berat badan, yang dibagi dalam 3 kali pemberian pada pasien dengan cara diminumkan, begitu juga untuk penyakit TBC, obat tersebut diminum setelah makan, dan dapat juga dik,,.inasi dengan minyak zaitun dan madu cair dengan dosis 3 kali dan takaran ½ sampai 1 sendok teh setelah makan.
11. Sebagai antipanik (anxietas) dan depresi
Studi mutakhir terpublikasi pada hewan uji mencit yang dilakukan oleh Parvahdeh, S dan Hosseinzadeh, H pada tahun 2003 melaporkan bahwa thymoquinone yang diberikan dengan dosis 80 mg/kg/hari, dengan cara diminumkan, tidak menimbulkan efek hipnotik, tetapi akan menimbulkan relaksasi otot. Sedangkan pemberian dengan dosis 1 – 2 mg/kg/hari, dengan cara diminumkan, dapat menekan aktivitas lokomotor pada system saraf pusat dan perilaku yang berhubungan dengannya. Hasil studi ini menunjukkan bahwa thymoquinone dapat berperan sebagai obat antipanik (antianxietas) melalui mekanisme-mekanisme perelaksasian otot (perangsangan pada reseptor gamma [γ], yang dapat menimbulkan efek penghambatan aktivitas sel-sel otot) dan menurunkan aktivitas lokomotor pada system saraf pusat.
Hasil studi terpublikasi paling mutakhir yang dilakukan oleh Al-Naggar, TB et al di Spanyol pada tahun 2003 menunjukkan bahwa ekstrak menthol yang terkandung dalam nigella sativa juga dapat mempengaruhi aktivitas system saraf pusat dan menimbulkan efek antidepresi yang kuat terhadap tubuh manusia.
12. Efek habbatus sauda' terhadap system saluran pencernaan
Studi-studi yang dilakukan di Yunani telah melaporkan bahwa ekstrak nigella sativa dapat digunakan untuk penyembuhan sakit perut dan berfungsi sebagai zat-zat yang dapat memperlancar pencernaan, pencahar, dan gangguan pada saluran empedu hati (antijaundice). Studi lainnya yang dilakukan pada hewan uji musang oleh Chopra et al melaporkan bahwa serbuk ekstrak nigella sativa yang diberikan dengan cara diminumkan dapat mempermudah pengeluaran gas flatus (kentut) dari dalam tubuh, sedangkan nigellone (salah satu polimer karbonil thymoquinone) dapat berfungsi sebagai antagonis (penghambat) aktivasi terjadinya kontraksi pada saluran pencernaan yang telah terinduksi oleh zat histamin.
Studi lainnya yang dilakukan pada hewan uji tikus oleh El-Dakhakhani et al melaporkan bahwa ekstrak nigella sativa dapat menurunkan sekresi (pengeluaran) gastrin – salah satu hormone eksokrin tubuh pada organ lambung dan usus halus – dan menyembuhkan perlukaan/borok (ulkus) pada lambungnya. Hasil dari studi ini juga menunjukkan bahwa pemberian nigella sativa dapat melindungi dinding lambung dan saluran pencernaan terhadap terjadinya ulkus sampai dengan 53,56 % dengan cara meningkatkan kadar musin (salah satu hormone eksokrin tubuh di organ lambung dan usus halus) dan glutathione (salah satu zat antioksidan yang dapat memperbaiki kondisi sel-sel lambung dan saluran pencernaan), serta menurunkan kadar zat histamin (yang terkandung dan disekresi lambung dan saluran pencernaan) dan formasi pembentukan ulkus pada organ-organ tersebut.
Studi mutakhir lainnya yang dilakukan pada hewan uji kelinci, melaporkan bahwa ekstrak nigella sativa pada dosis 0,1 – 3 mg/ml dapat menunjukkan efek perelaksasian otot-otot polos dinding saluran pencernaan secara spontan, dan efek penghambatan kontraksi otot-otot polos tersebut yang telah terinduksi oleh ion kalium, yang terjadi melalui mekanisme calcium channel blockade (penutupan pintu masuk ion kalsium [Ca2+]) pada sel-sel saluran pencernaan.
13. Efek habbatus sauda' terhadap system perdarahan
Di Kuwait, ekstrak nigella sativa dan lemak alami digunakan untuk pengobatan perdarahan dari hidung (epistaksis). Studi yang dilakukan pada hewan uji tikus oleh Ghoneim et al di Kuwait pada tahun 1983 melaporkan bahwa minyak-minyak yang terkandung dalam ekstrak nigella sativa secara bermakna dapat memperpendek atau mempercepat terjadinya proses perdarahan (ditunjukkan oleh nilai indikator waktu perdarahan [bleeding time - BT] yang rendah), dan terjadinya pembekuan darah (yang ditunjukkan oleh nilai indikator waktu pembekuan darah [clotting time - CT] yang rendah).
Salah satu studi mutakhir terpublikasi yang dilakukan pada pasien oleh Tissera, MHA et al pada tahun 2001 melaporkan terjadinya peningkatan kadar Hb (haemoglobin) dan sel darah merah (erythrosit) secara bermakna pada para pasien yang menderita anemia defisiensi, anemia karena gangguan pada sumsum tulang belakang, dan snemia karena kehamilan, yang menerima ekstrak minyak nigella sativa dengan dosis pemberian 2 x ½ sendok teh (2,5 ml)/hari dengan cara diminumkan selama dua bulan.
Penulis mendapatkan beberapa pengalaman klinis pada survei pasien-pasien kanker, sekitar 10 pasien, yang mengalami perdarahan pasca persalinan, kurang darah (anemia) dalam kehamilan/persalinan, mual-muntah dalam kehamilan (hiperemesis gravidarum), ASI terhambat/lactagoge (pasca persalinan), penambah nafsu makan, stamina dan gairahhidup, mengatasi lemah syahwat dan ejakulasi dini, dan lain-lain. Pengonsumsian habbatus sauda’ (berbentuk kapsul) dengan dosis pemberian 40 – 80 mg/kg berat badan, yang dibagi dalam 3 kali pemberian pada pasien dengan cara diminumkan, setelah makan, dan dapat juga dikombinasi dengan madu cair dengan dosis 3 kali dan takaran ½ sampai 1 sendok teh setelah makan.
Dari studi-studi ilmiah tersebut dapat ditunjukkan bahwa ekstrak minyak nigella sativa memiliki khasiat terhadap sebagian besar penyakit yang menyerang tubuh manusia. Di antara khasiat-khasiatnya adalah sebagai pencegah penurunan Hb (haemoglobin) dan jumlah leukosit, serta pencegah kerusakan-kerusakan pada hati, darah, dan ginjal akibat pemberian obat-obatan kanker,sebagai pengobatan penyakit sindroma fanconi (yang timbul akibat pemberian obat kanker), sebagai antioksidan, dapat menyembuhkan penyakit sirosis hepatis, sebagai antihipertensi (sebanding dengan diuretik dan Ca-blocker), sebagai antidiabetes mellitus, sebagai antikolesterol (penyakit dislipidemia), sebagai antikanker payudara, usus besar, paru-paru, hati, dan prostat, sebagai antitumor, sebagai antikanker darah (leukimia), dapat meningkatkan system kekebalan tubuh, sebagai antihistamin, sebagai antiinflamasi/peradangan, sebagai antibiotik (baik untuk bakteri-bakteri gram positif maupun gram negatif), sebagai antivirus, sebagai antijamur, sebagai anticacing, dapat menghambat aktivitas infeksi HIV (virus AIDS), sebagai antiflu, sebagai antipilek dan hidung tersumbat (rhinitis), sebagai antinyeri, sebagai antiinfeksi saluran kemih, sebagai antiperadangan di rongga pelvis/panggul, sebagai pengobatan appendicitis, sebagai pengobatan Crohn' disease(inflammatory bowel syndrome), dan kanker usus besar, sebagai pengobatan cerebral facial palsy, seagai antipanik, sebagai antidepresi, sebagai antirematik, sebagai antiosteoporosis, sebagai antiasma, sebagai antibronkhitis, sebagai antibisa hewan, seperti ular, kalajengking, laba-laba, kucing, anjing, kelinci, dan monyet, dapat juga sebagai antistroke, sebagai antikejang, sebagai antiepilepsi, sebagai antigastritis, sebagai obat pencahar, dapat juga mempercepat proses pembekuan darah, sebagai suplemen tubuh, dan lain-lain.
----------------------------------------------------------------------
* dr. H. Hendrik, S.Ked., M.Kes. Aktivitas sehari-hari adalah di Bagian Radiologi-Radioterapi Onkologi, RSUD DR Moewardi, Surakarta, Jawa Tengah. S1 dan profesi dokter dari FK Universitas Indonesia, Program Pascasarjana MMKO-IKM, FKU UGM, Program Pendidikan Dokter Spesialis di Bagian Radioterapi-Onkologi, FKUI RSCM
Sumber Artikel :
HABBATUS SAUDA'.
Thibbun Nabawy untuk Mencegah & Mengobati Berbagai Penyakit.
Penulis : dr H. Hendrik, S.Ked., M.Kes.
Cetakan I : Maret 2009 M / R. Tsani 1430 H
Penerbit : Pustaka Iltizam
Peran dan Mekanisme Aksi dari Habbatus sauda’ (Bagian 3)
6. Efek habbatus sauda’ terhadap sistem imunitas tubuh
Beberapa studi telah dilakukan untuk meneliti dan mengevaluasi efektivitas ekstrak nigella sativa pada sistem imun (kekebalan) tubuh manusia dan hasilnya membuktikan bahwa ekstrak nigella sativa dapat merangsang dan memperkuat sistem kekebalan tubuh manusia melalui peningkatan jumlah, mutu dan aktivitas sel-sel kekebalan tubuh manusia secara bermakna.
Salah satu studi yang dilakukan oleh El-Kadi dan Kandil melaporkan bahwa efek nigella sativa terhadap sistem imun tubuh setelah diberikan pada orang sehat dengan dosis 2 x 1 g/hari ternyata dapat memperkuat fungsi-fungsi imun tubuh, yang manifestasinya ditunjukkan dengan terjadinya perbaikan/peningkatan rasio sel limfosit T helper (Th-4), sel limfosit T suppressor (Ts-8) dan aktivitas sel natural killer (NK). Namun demikian, terdapat penurunan pada beberapa kadar immunoglobulin/antibody (seperti IgA, IgG, dan IgM). Studi lebih lanjut yang dilakukan oleh Haq, et al melaporkan bahwa efek ekstrak nigella sativa dapat memperkuat produksi interleukin-3 (IL-3) pada sel-sel limfosit manusia dan meningkatkan interleukin-1beta (IL-1β) yang dihasilkan pada sel-sel makrofage tubuh.
Studi lainnya pada kultur sel-sel limfosit yang dilakukan juga oleh Haq et al melaporkan bahwa ekstrak nigella sativa dan protein-protein yang terkandung di dalamnya dapat menghasilkan efek stimulator pada sistem imun tubuh yang sebanding dengan efek supressornya. Efek stimulator tersebut ditunjukkan dengan adanya protein-protein (P1 dan P2) dari ekstrak nigella sativa yang terfraksinasi (fractionated proteins), yang menghasilkan efektivtas maksimum pada kadar 10 αg/ml, dan produksi TNF-α (tumour necrotizing factors-α), baik pada sel-sel yang telah dan yang belum teraktivasi oleh mitogen (yang dapat menimbulkan mitosis/pembelahan sel). Sedangkan efek suppressor dari ekstrak nigella sativa tersebut ditunjukkan dengan terjadinya aktivasi sel-sel limfosit akibat adanya poked-weed mitogen (salah satu jenis zat yang bersifat mitogen). Studi tersebut juga melaporkan bahwa dari media kulturnya, yang terdiri dari sel-sel mononuclear (seperti makrofage dan limfosit) yang nonaktif pada darah perifer, ditunjukkan bahwa ekstrak nigella sativa dapat memproduksi banyak sekali sel-sel IL-1β (dengan tidak menunjukkan efek sekresi IL-4).
Studi lainnya yang dilakukan melalui pengamatan terhadap fraksi (bagian) kromatografi ethyl-acetate ekstrak ethanol nigella sativa juga telah dilaporkan bahwa ekstrak nigella sativa tersebut dapat memperkuat respons kekebalan sel tubuh manusia.
Studi-studi mutakhir lainnya melaporkan bahwa ekstrak nigella sativa dapat menghasilkan efek penghambatan pada aktivitas virus HIV (human immunodeficiency virus) yang dapat menyebabkan penyakit AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) - walaupun mekanisme yang mendasarinya belum dapat diidentifikasikan lebih lanjut, menyembuhkan penyakit-penyakit alergi dan asma bronkhial (melalui mekanisme-mekanisme penstimulasian sel-sel limfosit T helper-1 [Th-1] dan penghentian proses peradangan yang ditimbulkan oleh sel-sel eosinofil secara selektif pada aliran darah dan dinding saluran nafas), dan menyembuhkan penyakit-penyakit infeksi virus seperti flu, cacar, herpes, infeksi saluran kemih (akut dan kronis), penyakit peradangan pada pelvis/rongga panggul (neuroimmune appendicitis, Crohn’ disease [inflammatory bowel syndrome], dan kanker usus besar), dan kelumpuhan pada persarafan wajah akibat peradangan atau infeksi (cerebral facial palsy) – melalui mekanisme penstimulasian BCG-like Th-1.
Salah satu studi paling mutakhir terpublikasi yang dilakukan pada 152 pasien yang menderita penyakit alergi (rhinitis alergica) seperti pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, asma bronchial, dan dermatitis kontak alergi (eksim atopik pada kulit) oleh Kalus, U. et al yang dilakukan di Jerman tahun 2003 melaporkan bahwa ekstrak nigella sativa yang diberikan dalam bentuk kapsul dengan dosis 40 – 80 mg/kg/hari dengan cara diminumkan dapat menurunkan kepekaan individu terhadap rangsang alergi – yang ditunjukkan dengan terjadinya penurunan nilai-nilai dari suatu skala yang mengukur kepekaan terhadap allergen, yaitu subjective severity of target symptoms, dan terbukti dapat digunakan sebagai terapi adjuvant (tambahan) untuk penyakit-penyakit alergi tersebut.
Penulis mendapatkan beberapa pengalaman klinis pada survei sekitar 20 sampai 30 pasien yang mengalami penurunan daya tahan tubuh, terutama pasien-pasien kanker yang sedang menjalani khemo/radioterapi dengan pengonsumsian habbatus sauda’ (berbentuk kapsul) dengan dosis pemberian 200 – 300 mg/kg berat badan, dibagi dalam 3 kali pemberian dengan cara diminumkan, setelah makan, dan dapat juga dikombinasi dengan minyak zaitun dan madu cair dengan dosis 3 kali dan takaran 1 sendok teh setelah makan.
7. Sebagai antiperadangan dan antinyeri
Banyak studi yang telah dilakukan untuk meneliti dan mengevaluasi efektivitas ekstrak nigella sativa sebagai antiinflamasi/peradangan dan antinyeri/analgesia, dan hasilnya membuktikan bahwa nigellone - suatu polimer karbonil dari thymoquinone, dithymoquinone, thymohydroquinone (zat-zat aktif yang terkandung dalam ekstrak nigella sativa) dapat berfungsi sebagai fasilitas antiinflamasi dan zat yang diharapkan untuk pencegahan dan pengontrolan pada penyakit-penyakit asma bronkhial dan yang disebabkan oleh kondisi-kondisi alergi. Di Arab Saudi dan negara-negara tetangganya telah menggunakan ekstrak nigella sativa sebagai obat anti asma bronchial. Indikasi ini juga bersamaan dengan penggunaannya sebagai pengobatan topical (pengobatan melalui jaringan kulit) untuk mengatasi keluhan nyeri dan kekakuan pada sendi-sendi tulang tubuh.
Salah satu studi yang dilakukan oleh Houghton et al pada hewan uji tikus melaporkan bahwa ekstrak minyak nigella sativa dengan zat aktifnya thymoquinone dapat menghambat aktivitas jalur cyclooxygenase (COX) dan 5-lipooxygenase (5-LOX) dari metabolisme arakhidonat sel-sel leukosit peritonealnya, yang ditunjukkan melalui mekanisme penghambatan dosis dependen formasi thromboksan B2 (Tx-B2) dan leukotriens B4 (LTs-B4). Studi ini kemudian dilanjutkan oleh Mutabagani, El-Mahdi, dan AL-Ghamdi yang memperkuat hasil studinya, bahwa ekstrak minyak nigella sativa memang dapat menghambat aktivitas jalur COX dan 5-LOX dari metabolisme arakhidonatnya tersebut, dan hasilnya relative sebanding dengan efek dari penggunaan indometacine dan aspirine - keduanya termasuk obat antiinflamasi non steroid (AINS).
Menurut Houghton et al dalam salah satu studinya menyatakan bahwa mekanisme antiinflamasi dari ekstrak minyak nigella sativa berhubungan dengan penghambatan pada pembentukan zat (sintesis) eicosanoid, sedangkan mekanisme antinyeri (analgesia) dari ekstrak minyak nigella sativa berhubungan dengan aktivasi reseptor opiate pada system saraf pusat (otak), yaitu reseptor-reseptor supraspinal mu 1 [μ1] (yang dapat menimbulkan efek-efek analgesia [penghilang rasa nyeri], euphoria [rasa senang hati/gembira], dan penurunan suhu [hipotermia]) dan kappa-opioid (yang dapat menimbulkan efek-efek spinal analgesia, depresi [menurunkan frekwensi] nafas, miosis [mengecilkan bola mata/pupil], dan hipotermia), yang mana aktivasi ini dapat diperoleh dari efek antinosiseptik ekstrak minyak nigella sativa, dan juga dari efek-efek antagonis pada obat-obatan naloxone, naloxonazine dan nor-binaltorphimine.
Penulis mendapatkan beberapa pengalaman klinis pada survei sekitar 20 sampai 30 pasien yang mengalami pegal linu (myalgia) dan rematik (rheumatoid arthritis). Alhamdulillah, pasien mengalami penyembuhan rata-rata minimal setelah penggunaan selama 3 sampai 4 minggu. Pengonsumsian habbatus sauda’ (berbentuk kapsul) dengan dosis pemberian 80 – 100 mg/kg berat badan, dibagi dalam 3 kali pemberian dengan cara diminumkan, setelah makan, dan dapat juga dikombinasi dengan minyak zaitun dan madu cair dengan dosis 3 kali dengan takaran ½ sampai 1 sendok teh setelah makan.
8. Sebagai antihistamin
Studi mengenai efek antihistamin pertama kali dilakukan oleh El-Dakhakhany, yang melaporkan bahwa thymoquinone – salah satu zat aktif dari nigella sativa – dapat menghentikan proses penyempitan saluran nafas (bronchospasme) yang telah terinduksi oleh histamin pada musang. Hasil studi lainnya yang dilakukan secara in vitro oleh Chakarvati menunjukkan bahwa nigellone – salah satu polimer karbonil thymoquinone – secara efektif dapat melepaskan histamin dari sel-sel mast (basofil) darah melalui penurunan kadar kalsium intrasel dan penghambatan aktivitas protein kinase C.
Penulis mendapatkan data dari hasil studi ilmiah terbaru berdasarkan penelitian mutakhir pada tahun 2008, yang dilakukan oleh Arantrinita di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang menunjukkan bahwa pemberian habbatus sauda’ (minyak jinten hitam) dengan dosis 30 μ/20 g berat badan pada seekor mencit per hari terbukti dapat menurunkan angka limfosit CD4+ bronchus mencit Balb/C model alergi inflamasi.
Hasil dari studi-studi tersebut juga menunjukkan bahwa efek-efek yang dapat ditimbulkan tersebut, bersamaan dengan efek-efek antiinflamasi dan analgesia, dapat mendukung penggunaan ekstrak nigella sativa untuk pengobatan penyakit-penyakit eksim (dermatitis kontak alergi), asma bronkhial, akibat sengatan kalajengking serta laba-laba, dan akibat gigitan kucing, anjing, serta ular.
Penulis mendapatkan beberapa pengalaman klinis pada survei penyembuhan pasien-pasien yang mengalami batuk-pilek alergi dan biduran (urtikaria), sekitar 40 sampai 50 pasien. Alhamdulillah, setelah satu kali 24 jam mengonsumsi habbatus sauda’ pasien mengalami penyembuhan. Pengonsumsian habbatus sauda’ (berbentuk kapsul) dengan dosis pemberian 80 – 100 mg/kg berat badan, yang dibagi dalam 3 kali pemberian pada pasien dengan cara diminumkan, setelah makan, dan dapat juga dikombinasi dengan minyak zaitun dan madu cair dengan dosis 3 kali dan takaran ½ sampai 1 sendok teh setelah makan.
(Bersambung ke "Peran dan Mekanisme Aksi dari Habbatus sauda’ (Bagian 4)")
Beberapa studi telah dilakukan untuk meneliti dan mengevaluasi efektivitas ekstrak nigella sativa pada sistem imun (kekebalan) tubuh manusia dan hasilnya membuktikan bahwa ekstrak nigella sativa dapat merangsang dan memperkuat sistem kekebalan tubuh manusia melalui peningkatan jumlah, mutu dan aktivitas sel-sel kekebalan tubuh manusia secara bermakna.
Salah satu studi yang dilakukan oleh El-Kadi dan Kandil melaporkan bahwa efek nigella sativa terhadap sistem imun tubuh setelah diberikan pada orang sehat dengan dosis 2 x 1 g/hari ternyata dapat memperkuat fungsi-fungsi imun tubuh, yang manifestasinya ditunjukkan dengan terjadinya perbaikan/peningkatan rasio sel limfosit T helper (Th-4), sel limfosit T suppressor (Ts-8) dan aktivitas sel natural killer (NK). Namun demikian, terdapat penurunan pada beberapa kadar immunoglobulin/antibody (seperti IgA, IgG, dan IgM). Studi lebih lanjut yang dilakukan oleh Haq, et al melaporkan bahwa efek ekstrak nigella sativa dapat memperkuat produksi interleukin-3 (IL-3) pada sel-sel limfosit manusia dan meningkatkan interleukin-1beta (IL-1β) yang dihasilkan pada sel-sel makrofage tubuh.
Studi lainnya pada kultur sel-sel limfosit yang dilakukan juga oleh Haq et al melaporkan bahwa ekstrak nigella sativa dan protein-protein yang terkandung di dalamnya dapat menghasilkan efek stimulator pada sistem imun tubuh yang sebanding dengan efek supressornya. Efek stimulator tersebut ditunjukkan dengan adanya protein-protein (P1 dan P2) dari ekstrak nigella sativa yang terfraksinasi (fractionated proteins), yang menghasilkan efektivtas maksimum pada kadar 10 αg/ml, dan produksi TNF-α (tumour necrotizing factors-α), baik pada sel-sel yang telah dan yang belum teraktivasi oleh mitogen (yang dapat menimbulkan mitosis/pembelahan sel). Sedangkan efek suppressor dari ekstrak nigella sativa tersebut ditunjukkan dengan terjadinya aktivasi sel-sel limfosit akibat adanya poked-weed mitogen (salah satu jenis zat yang bersifat mitogen). Studi tersebut juga melaporkan bahwa dari media kulturnya, yang terdiri dari sel-sel mononuclear (seperti makrofage dan limfosit) yang nonaktif pada darah perifer, ditunjukkan bahwa ekstrak nigella sativa dapat memproduksi banyak sekali sel-sel IL-1β (dengan tidak menunjukkan efek sekresi IL-4).
Studi lainnya yang dilakukan melalui pengamatan terhadap fraksi (bagian) kromatografi ethyl-acetate ekstrak ethanol nigella sativa juga telah dilaporkan bahwa ekstrak nigella sativa tersebut dapat memperkuat respons kekebalan sel tubuh manusia.
Studi-studi mutakhir lainnya melaporkan bahwa ekstrak nigella sativa dapat menghasilkan efek penghambatan pada aktivitas virus HIV (human immunodeficiency virus) yang dapat menyebabkan penyakit AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) - walaupun mekanisme yang mendasarinya belum dapat diidentifikasikan lebih lanjut, menyembuhkan penyakit-penyakit alergi dan asma bronkhial (melalui mekanisme-mekanisme penstimulasian sel-sel limfosit T helper-1 [Th-1] dan penghentian proses peradangan yang ditimbulkan oleh sel-sel eosinofil secara selektif pada aliran darah dan dinding saluran nafas), dan menyembuhkan penyakit-penyakit infeksi virus seperti flu, cacar, herpes, infeksi saluran kemih (akut dan kronis), penyakit peradangan pada pelvis/rongga panggul (neuroimmune appendicitis, Crohn’ disease [inflammatory bowel syndrome], dan kanker usus besar), dan kelumpuhan pada persarafan wajah akibat peradangan atau infeksi (cerebral facial palsy) – melalui mekanisme penstimulasian BCG-like Th-1.
Salah satu studi paling mutakhir terpublikasi yang dilakukan pada 152 pasien yang menderita penyakit alergi (rhinitis alergica) seperti pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, asma bronchial, dan dermatitis kontak alergi (eksim atopik pada kulit) oleh Kalus, U. et al yang dilakukan di Jerman tahun 2003 melaporkan bahwa ekstrak nigella sativa yang diberikan dalam bentuk kapsul dengan dosis 40 – 80 mg/kg/hari dengan cara diminumkan dapat menurunkan kepekaan individu terhadap rangsang alergi – yang ditunjukkan dengan terjadinya penurunan nilai-nilai dari suatu skala yang mengukur kepekaan terhadap allergen, yaitu subjective severity of target symptoms, dan terbukti dapat digunakan sebagai terapi adjuvant (tambahan) untuk penyakit-penyakit alergi tersebut.
Penulis mendapatkan beberapa pengalaman klinis pada survei sekitar 20 sampai 30 pasien yang mengalami penurunan daya tahan tubuh, terutama pasien-pasien kanker yang sedang menjalani khemo/radioterapi dengan pengonsumsian habbatus sauda’ (berbentuk kapsul) dengan dosis pemberian 200 – 300 mg/kg berat badan, dibagi dalam 3 kali pemberian dengan cara diminumkan, setelah makan, dan dapat juga dikombinasi dengan minyak zaitun dan madu cair dengan dosis 3 kali dan takaran 1 sendok teh setelah makan.
7. Sebagai antiperadangan dan antinyeri
Banyak studi yang telah dilakukan untuk meneliti dan mengevaluasi efektivitas ekstrak nigella sativa sebagai antiinflamasi/peradangan dan antinyeri/analgesia, dan hasilnya membuktikan bahwa nigellone - suatu polimer karbonil dari thymoquinone, dithymoquinone, thymohydroquinone (zat-zat aktif yang terkandung dalam ekstrak nigella sativa) dapat berfungsi sebagai fasilitas antiinflamasi dan zat yang diharapkan untuk pencegahan dan pengontrolan pada penyakit-penyakit asma bronkhial dan yang disebabkan oleh kondisi-kondisi alergi. Di Arab Saudi dan negara-negara tetangganya telah menggunakan ekstrak nigella sativa sebagai obat anti asma bronchial. Indikasi ini juga bersamaan dengan penggunaannya sebagai pengobatan topical (pengobatan melalui jaringan kulit) untuk mengatasi keluhan nyeri dan kekakuan pada sendi-sendi tulang tubuh.
Salah satu studi yang dilakukan oleh Houghton et al pada hewan uji tikus melaporkan bahwa ekstrak minyak nigella sativa dengan zat aktifnya thymoquinone dapat menghambat aktivitas jalur cyclooxygenase (COX) dan 5-lipooxygenase (5-LOX) dari metabolisme arakhidonat sel-sel leukosit peritonealnya, yang ditunjukkan melalui mekanisme penghambatan dosis dependen formasi thromboksan B2 (Tx-B2) dan leukotriens B4 (LTs-B4). Studi ini kemudian dilanjutkan oleh Mutabagani, El-Mahdi, dan AL-Ghamdi yang memperkuat hasil studinya, bahwa ekstrak minyak nigella sativa memang dapat menghambat aktivitas jalur COX dan 5-LOX dari metabolisme arakhidonatnya tersebut, dan hasilnya relative sebanding dengan efek dari penggunaan indometacine dan aspirine - keduanya termasuk obat antiinflamasi non steroid (AINS).
Menurut Houghton et al dalam salah satu studinya menyatakan bahwa mekanisme antiinflamasi dari ekstrak minyak nigella sativa berhubungan dengan penghambatan pada pembentukan zat (sintesis) eicosanoid, sedangkan mekanisme antinyeri (analgesia) dari ekstrak minyak nigella sativa berhubungan dengan aktivasi reseptor opiate pada system saraf pusat (otak), yaitu reseptor-reseptor supraspinal mu 1 [μ1] (yang dapat menimbulkan efek-efek analgesia [penghilang rasa nyeri], euphoria [rasa senang hati/gembira], dan penurunan suhu [hipotermia]) dan kappa-opioid (yang dapat menimbulkan efek-efek spinal analgesia, depresi [menurunkan frekwensi] nafas, miosis [mengecilkan bola mata/pupil], dan hipotermia), yang mana aktivasi ini dapat diperoleh dari efek antinosiseptik ekstrak minyak nigella sativa, dan juga dari efek-efek antagonis pada obat-obatan naloxone, naloxonazine dan nor-binaltorphimine.
Penulis mendapatkan beberapa pengalaman klinis pada survei sekitar 20 sampai 30 pasien yang mengalami pegal linu (myalgia) dan rematik (rheumatoid arthritis). Alhamdulillah, pasien mengalami penyembuhan rata-rata minimal setelah penggunaan selama 3 sampai 4 minggu. Pengonsumsian habbatus sauda’ (berbentuk kapsul) dengan dosis pemberian 80 – 100 mg/kg berat badan, dibagi dalam 3 kali pemberian dengan cara diminumkan, setelah makan, dan dapat juga dikombinasi dengan minyak zaitun dan madu cair dengan dosis 3 kali dengan takaran ½ sampai 1 sendok teh setelah makan.
8. Sebagai antihistamin
Studi mengenai efek antihistamin pertama kali dilakukan oleh El-Dakhakhany, yang melaporkan bahwa thymoquinone – salah satu zat aktif dari nigella sativa – dapat menghentikan proses penyempitan saluran nafas (bronchospasme) yang telah terinduksi oleh histamin pada musang. Hasil studi lainnya yang dilakukan secara in vitro oleh Chakarvati menunjukkan bahwa nigellone – salah satu polimer karbonil thymoquinone – secara efektif dapat melepaskan histamin dari sel-sel mast (basofil) darah melalui penurunan kadar kalsium intrasel dan penghambatan aktivitas protein kinase C.
Penulis mendapatkan data dari hasil studi ilmiah terbaru berdasarkan penelitian mutakhir pada tahun 2008, yang dilakukan oleh Arantrinita di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang menunjukkan bahwa pemberian habbatus sauda’ (minyak jinten hitam) dengan dosis 30 μ/20 g berat badan pada seekor mencit per hari terbukti dapat menurunkan angka limfosit CD4+ bronchus mencit Balb/C model alergi inflamasi.
Hasil dari studi-studi tersebut juga menunjukkan bahwa efek-efek yang dapat ditimbulkan tersebut, bersamaan dengan efek-efek antiinflamasi dan analgesia, dapat mendukung penggunaan ekstrak nigella sativa untuk pengobatan penyakit-penyakit eksim (dermatitis kontak alergi), asma bronkhial, akibat sengatan kalajengking serta laba-laba, dan akibat gigitan kucing, anjing, serta ular.
Penulis mendapatkan beberapa pengalaman klinis pada survei penyembuhan pasien-pasien yang mengalami batuk-pilek alergi dan biduran (urtikaria), sekitar 40 sampai 50 pasien. Alhamdulillah, setelah satu kali 24 jam mengonsumsi habbatus sauda’ pasien mengalami penyembuhan. Pengonsumsian habbatus sauda’ (berbentuk kapsul) dengan dosis pemberian 80 – 100 mg/kg berat badan, yang dibagi dalam 3 kali pemberian pada pasien dengan cara diminumkan, setelah makan, dan dapat juga dikombinasi dengan minyak zaitun dan madu cair dengan dosis 3 kali dan takaran ½ sampai 1 sendok teh setelah makan.
(Bersambung ke "Peran dan Mekanisme Aksi dari Habbatus sauda’ (Bagian 4)")
Peran dan Mekanisme Aksi dari Habbatus sauda’ (Bagian 2)
3. Sebagai antidiabetes mellitus (penyakit kencing manis)
Salah satu studi yang dilakukan oleh Al-Awadi dan Gumma (di institusi kedokteran, yang berhubungan dengan diabetes mellitus di Kuwait) melaporkan bahwa penggunaan nigella sativa dikombinasikan dengan beberapa tanaman obat (herbal medicine) lainnya (yang terdiri dari Myrr, Gum Olybanum, Gum Asofeetida, dan Aloe), pada tikus yang menderita diabetes mellitus, dapat menimbulkan efek hipoglikemia (penurunan kadar gula darah) secara bermakna. Dari studi diabetes mellitus lainnya menunjukkan bahwa terjadinya efek hipoglikemia pada pemberian nigella sativa ditentukan melalui adanya mekanisme aksi dari nigella sativa yang menghambat terjadinya proses glukoneogenesis (pembentukan glikogen [gula darah] baru dari pemecahan-pemecahan lemak dan protein tubuh) di hati. Volatile oil yang terkandung dalam ekstrak nigella sativa juga menimbulkan efek hipoglikemia yang bermakna pada hewanhewan uji kelinci yang menderita diabetes mellitus dan telah terinduksi oleh aloxan (tanpa adanya efek perubahan pada insulinnya).
Pada studi lebih lanjut, Bamosa et al melaporkan terjadinya penurunan kadar gula darah pada orang sehat yang menerima nigella sativa dengan dosis 2 x 1 g/hari. Studi paling mutakhir terpublikasi, yang dilakukan pada 55 penderita diabetes mellitus oleh Tissera MHA et al tahun 1998, melaporkan terjadinya penurunan kadar gula darah secara bermakna pada 72,7 % dari penderita diabetes mellitus yang menerima ekstrak minyak nigella sativa dengan dosis pemberiannya 2 x ½ sendok teh (2,5 ml)/hari , dengan cara diminum selama sebulan.
Sementara itu, terdapat juga studi yang pernah dilakukan di Indonesia, yaitu studi uji klinis efek hipoglikemia ekstrak jinten hitam (nigella sativa) pada penderita diabetes mellitus tipe 2, yang dilakukan oleh Ahmad dan Yasin, pada tahun 1998 di SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya – RSUD Dr Saiful Anwar, Malang, Jawa Timur. Studi tersebut dilakukan untuk mencari obat alternatif yang mampu mengendalikan kadar glukosa darah dengan menggunakan tanaman tradisional, dan untuk membuktikan efek hipoglikemik ekstrak jinten hitam (nigella sativa) pada penderita diabetes mellitus tipe 2 tersebut. Desain studi ini adalah uji klinis fase 2, open-lable, dengan jumlah subjek uji 5 orang penderita diabetes mellitus tipe 2 yang sativa (berasal dari Yayasan Achmad Ismail, Jeddah, Arab Saudi) dalam bentuk sediaan larutan suspensi dengan dosis pemberian 60 ml dengan cara diminumkan ke pasien setiap hari, dalam waktu 4 bulan. Hasil yang didapat dari studi ini adalah pemberian ekstrak nigella sativa (sediaan larutan tersuspensi) pada penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan dosis pemberian 60 ml setiap hari secara bermakna dapat menurunkan kadar gula darah (efek hipoglikemik) pada menit ke-90 dan ke-150 (p < 0,05 [p = 0,035 dan 0,026]) setelah diminumkan. Sedangkan pada menit ke-30 setelah penerimaan ekstrak tersebut tidak memberikan nilai yang bermakna
(p > 0,05 [p = 0,180]). Kemudian dari sisi keamanan (safety) dari pemberian ekstrak tersebut selama masa studi tidak ditemukan adanya keluhan atau efek samping obat (adverse event drugs) yang bermakna pada semua subjek ujinya. Selanjutnya, hasil studi tersebut dapat disimpulkan bahwa efek kerja (efficacy) dari ekstrak jinten hitam (nigella sativa) belum nampak jelas pada menit ke-30 pasca pemberiannya.namun demikian, efek kerjanya mulai jelas terlihat setelah menit ke-90 pasca pemberiannya, dan efek kerjanya semakin jelas dan meningkat setelah menit ke -150 pasca pemberiannya. Mekanisme hipoglikemiai yang terjadi selama masa studi tersebut masih diperkirakan pada beberapa aspek, yaitu menurunkan angka glukoneogenesis (proses pembentukan gula darahyang terjadi melalui pengubahan senyawa-senyawa yang bukan dari jenis glukosa [seperti lemak dan protein] dari tempat penyimpanan atau cadangannya di dalam tubuh), meningkatkan glikolisis (proses penghancuran glukosa di dalam suatu sel atau jaringan tubuh, yang akan digunakan sebagai salah satu bahan untuk memungkinkan terjadinya proses metabolisme tingkat selnya) di jaringan perifer, menghambat pengeluaran hormon kontra regulator, meningkatkan sekresi insulin, meningkatkan sensitivitas insulin pada sel-sel otot dan hati, dan menghambat proses absorbsi (penyerapan) glukosa di usus.
Penulis mendapatkan beberapa pengalaman klinis pada survei pasien-pasien kencing manis (diabetes mellitus) kronis, sekitar 5 sampai 10 pasien yang menerima habbatus sauda’, alhamdulillah, dari pasien yang telah divonis dokter dengan komplikasi sistemik (menyeluruh ke seluruh tubuhnya), dengan adanya borok yang sangat berbau (ulkus gangrene diabetes mellitus), kelainan nyeri dada (ischemic heart disease) dan stroke ringan-sedang, serta pengobatan rutinnya dengan insulin, sampai pasien diabetes mellitus berderajat ringan-sedang, dapat distabilkan/dinormalkan kadar gula darahnya, rata-rata minimal setelah pengonsumsian habbatus sauda’ (berbentuk kapsul) 1,5 hingga 2 bulan, dengan dosis pemberian 200 – 300 mg/kg berat badan, dibagi dalam 3 kali pemberian dengan cara diminum, setelah makan, dan juga dapat dikombinasi dengan minyak zaitun dengan dosis 3 kali dengan takaran ½ sampai 1 sendok teh setelah makan.
4. Sebagai antikolesterol
Mekanisme antikolesterol yang dihasilkan nigella sativa sama seperti yang telah dijelaskan pada studi-studi mekanisme nigella sativa sebagai antioksidan, yang secara umum berperan dalam penghambatan terjadinya proses peroksidase lipid non-enzimatik sel dan sebagainya. Salah satu studi paling mutakhir terpublikasi, yang dilakukan pada 17 penderita dislipidemia (kelainan kadar-kadar kolesterol, trigliseride, HDL, dan LDL dalam darah), berusia 40 sampai 70 tahun, oleh Tissera MHA et al pada tahun 1997, melaporkan terjadinya penurunan kadar-kadar kolesterol total, LDL, dan trigliseride, dan peningkatan kadar HDL secara bermakna pada para penderita dislipidemia yang menerima ekstrak minyak nigella sativa dengan dosis pemberian 2 x ½ sendok teh (2,5 ml)/hari, dengan cara diminum, selama 1 bulan.
Penulis mendapatkan beberapa pengalaman klinis pada survei pasien-pasien berpenyakit kelainan kadar kolesterol darah/dislipidemia, baik peningkatan trigliseride, kilomikron, dan LDL, sekitar 5 sampai 7 pasien, alhamdulillah, dapat distabilkan semuanya rata-rata minimal setelah menjalani pengobatan selama 1,5 sampai 2 bulan. Pengonsumsian habbatus sauda’ (berbentuk kapsul) dengan dosis pemberian 100 – 200 mg/kg berat badan, dibagi dalam 3 kali dengan cara diminumkan, setelah makan, dan dapat juga dikombinasi dengan minyak zaitun dengan dosis 3 kali dengan takaran ½ sampai 1 sendok teh setelah makan.
5. Sebagai BRM dan antikanker
Beberapa studi mutakhir melaporkan bahwa BRM (Biological Response Modiffier) dapat meningkatkan imunitas (jumlah sel darah putih dan proliferasi [pematangan] sel limfosit), hasil khemoterapi (terapi kimia untuk pengobatan kanker, seperti cyclophosphamide), dan terapi adjuvant (tambahan) pada hepatocarcinoma atau kanker hati (seperti fluouracyl), serta menghambat penurunan sel darah putih akibat pemberian khemoterapi (sebelumnya), penyebaran dan pertumbuhan kanker. BRM juga dilaporkan aman untuk penggunaan jangka panjang. Hasil studi-studi lainnya juga melaporkan bahwa BRM menunjukkan efek cytotoxic terhadap cell line kanker manusia, antikanker hati, imunomodulasi (peningkatan fungsi sel-sel limfosit T dan B, sel NK [natural killer], sel makrofage, sel CTL, produksi IL-2 dan 3, TNF-β4, dan menghambat apoptosis [pematian sel terprogram] secara spontan pada sel thymus normal). Studi mutakhir mengenai BRM yang dilakukan secara in vitro oleh Effendy, S., dan Reksodiputro, AH., Jakarta 2000, melaporkan bahwa ekstrak ethanol dapat menginduksi apoptosis , baik terhadap sel limfoid maupun sel kanker leukemia (non specific cells), BRM dapat memacu apoptosis selektif pada sel-sel kanker (mieloid) sampai dengan 52 %, BRM dapat meningkatkan viabilitas (pengaktifan) sel-sel imun – effector (limfoid) sampai 72 %, BRM dengan ethanol dapat meningkatkan efek potensiasi (penguatan) apoptosis terhadap sel kanker leukemia (salah satu kanker ganas sel darah putih), dan BRM dapat menimbulkan efek apoptosis pada sel kanker leukimia melalui jalur yang lebih spesifik daripada sifat umum jalur apoptosis yang dapat ditimbulkan oleh ethanol.
Studi BRM mutakhir lainnya yang dilakukan oleh Sajuthi, D., et al di Bogor tahun 2002 juga melaporkan bahwa peningkatan dosis BRM dapat menunjukkan peningkatan efektivitas penghambatan pertumbuhan sel-sel tumor dan kanker, melalui mekanisme kerja yang sinergis antara stimulasi sistem imun dan penghambatan aktivitas proses pembelahan sel-sel tumor/kanker dan peningkatan apoptosis sel tumor.
Ekstrak nigella sativa dianggap suatu BRM karena banyak studi-studi mutakhir yang menunjukkan bahwa ekstrak nigella sativa sangat beracun (toksik) terhadap pertumbuhan dan perkembangan sel-sel kanker (cytotoxic). Dari studi-studi tersebut, ternyata zat-zat aktif utama dari ekstrak nigella sativa (thymoquinone dan dithymoquinone) dapat menghambat sel-sel tumor dan kanker, walaupun sel-sel ini telah kebal terhadap pengobatan antikanker sebelumnya, seperti cisplatine dan doxorubicine.
Studi mengenai aktivitas antikanker dari ekstrak nigella sativa pertama kali dilakukan oleh El-Kadi dan Kandil, yang melaporkan bahwa pemberian ekstrak nigella sativa akan memperkuat aktivitas sel-sel natural killer (NK) sebesar ± 200 – 300 % pada pasien-pasien yang menderita kanker dan sudah menjalani program pengobatan imunoterapi (salah satu jenis pengobatan kanker).
Studi lainnya yang dilakukan pada kasus-kasus keganasan secara topical (jaringan kulit), pada hewan uji tikus, menunjukkan bahwa ekstrak nigella sativa yang dikombinasikan dengan crocus sativus dapat menghambat dua tingkat fase pertumbuhan dan perkembangan, yaitu fase inisiasi dan fase promosi pada selsel kanker kulit (papilloma dan skin carcinoma formations). Pada studi ini juga menunjukkan bahwa ekstrak nigella sativa dapat menghambat terjadinya aktivitas 20-methylcholantrene yang diinduksi oleh kanker ganas jaringan lunak Sarkoma. Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa ekstrak nigella sativa mengandung asam-asam lemak yang secara eksperimen dari jaringan/hewan uji (in vitro) dapat menimbulkan efek aktivasi penghancuran sel-sel kanker (cytotoxic) sebesar 50 % terhadap kanker-kanker hati (Ehrilch ascites carcinoma [EAC]), Dalton’s lymphoma ascites (DLA), dan sel kanker ganas Sarkoma-180, dan secara eksperimen dari hewan uji pada tikus dapat menghambat perkembangan EAC secara sempurna.
Thymoquinone dan dithymoquinone (suatu zat aktif yang terkandung dalam nigella sativa) memiliki efek aktivasi penghancuran sel-sel kanker (cytotoxic) lebih baik terhadap pertumbuhan sel-sel tumor/kanker yang telah 10 kali lebih kebal terhadap pemberian obat-obatan kanker doxorubicine dan etoposide. Pada studi lainnya, yang dilakukan pada tikus betina Swiss, menunjukkan bahwa thymoquinone menurunkan insidensi (angka kejadian) dan pelipatgandaan aktivitas benzo-α-pyrene dan 20-methylcholanthrene yang terinduksi oleh sel-sel kanker ganas fibrosarkoma yang terjadi sampai 70 %.
Pada studi lainnya, fraksi kromatografi kolum ethyl-acetat (CC5)pada ekstrak ethanol nigella sativa juga menunjukkan efek cytotoxic terhadap pertumbuhan beberapa sel-sel kanker yang berbeda, seperti Hep.G2, Molt.4, dan Lewis lung carcinoma – salah satu jenis kanker paru-paru. Pada studi selanjutnya dilaporkan bahwa CC5 dan α-hydrine (AH) yang terkandung dalam ekstrak nigella sativa menghasilkan suatu dosis dependen yang dapat menghambat laju pertumbuhan sel-sel tumor/kanker dan sebanding dengan penggunaan antikanker cyclophosphamide – salah satu obat kanker.
Studi-studi mutakhir terpublikasi mengenai efek nigella sativa melaporkan bahwa ekstrak nigella sativa – terutama zat-zat aktifnya, seperti thymoquinone – memiliki banyak khasiat penghambatan dan pematian terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan sel-sel kanker pada tubuh manusia. Di antaranya dapat berfungsi sebagai potentian chemopreventive, cytotoxic, antiangiogenic activity (aktivitas pertumbuhan faktor-faktor pembentukan formasi pembuluh-pembuluh darah baru pada proses keganasan/kanker). Dan hipoksia-induced angiogenesis [HIF-1α] (pada para pasien yang menderita kanker payudara, kolon [usus besar], dan prostat), dan pencetus apoptosis (pematian sel-sel kanker secara terprogram) pada pasien-pasien yang menderita kanker colorectal (usus besar).
Beberapa studi paling mutakhir terpublikasi, telah dilakukan oleh Notwood dan Farah. Norwood et al pada tahun 2006 telah melakukan studi klinis secara in vitro yang bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan mekanisme aksi dari beberapa antioksidan (scavenger of ROS – Reactive Oxygen Species [zat radikal bebas yang sangat reaktif di dalam tubuh – sangat mengganggu terjadinya proses metabolisme pada sel/jaringan tubuh, sehingga memungkinkan sekali terjadinya kerusakan daripadanya- yang terbentuk dari beberapa senyawa atau unsure yang mengandung oksigen]) yang dapat berperan sebagai agent khemoterapi, yaitu thymoquinone (nigella sativa), Epigallocatechin-3-gallate – EGCG (green tea), dsn 5-fluorouracil (5-FU), serta mengevaluasi dosis efektif dari ketiga antioksidan tersebut dalam pengobatan kanker usus besar. Hasil studi ini menunjukkan bahwa ketiga antioksidan tersebut dapat menimbulkan aksi peningkatan penghancuran sel kanker (apoptosis) dimulai sejak 24, 48, dan 72 jam setelah pemberian dan faktanya mulai bekerja dari kedua antioksidan tersebut (thymoquinone dan EGCG) hamper sama dengan 5-FU. Adanya data ini dapat dijadikan sebagai suatu kesimpulan bahwa thymoquinone (nigella sativa) dan EGCG (green tea) secara in vitro dapat berperan sebagai sebagai suatu agent khemoterapi seperti agent khemoterapi lainnya yang sudah standar (yaitu 5-FU) pada pengobatan kanker kolon.
Sebelumnya Farah et al pada tahun 2005 juga telah melakukan studi klinis secara in vitro yang bertujuan untuk menentukan perbandingan aspek kemanfaatan (efficacy aspect) dan aspek keamanan (safety aspect) thymoquinone (Black Seed) dengan vitamin E terhadap dampak metabolisme tingkat sel, dari sel A549 (MDA) yang dikultur selama 24, 48, dan 72 jam. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa thymoquinone secara bermakna menurunkan level MDA selama masa studi. Sebaliknya, vitamin E menimbulkan efek toksisitas dan kerusakan sel A549 tersebut lebih besar disbanding efek proteksi selnya.
Data lainnya yang didapat adalah 24 jam setelah pemberian thymoquinone – terhadap sel A549 tersebut – menunjukkan adanya aktivitas perbaikan/pemulihan (berupa sintesis protein) metabolisme tingkat sel tertinggi disbanding vitamin E. setelah 72 jam pemberian thymoquinone aktivitas pemulihan metabolisme tingkat sel ini mulai mengalami penurunan sampai tingkat terendah, begitu juga dengan pemberian vitamin E. kemudian jumlah sel yang mengalami kerusakan atau kelainan perkembangan (akibat terjadinya metabolisme sel A549 tersebut), juga mengalami penurunan secara bermakna setela 24 jam pemberian thymoquinone dan masih terus mengalami penurunan yang bermakna selama masa studi tersebut, disbanding dengan pemberian vitamin E. Adanya data ini dapat dijadikan sebagai suatu kesimpulan bahwa thymoquinone (Black Seed) memiliki efektivitas yang sangat besar terhadap viabilitas (keutuhan/kehidupan) dan fungsi suatu sel.
Studi-studi mutakhir lainnya juga menunjukkan bahwa thymoquinone juga dapat mencegah beberapa efek samping yang ditimbulkan dari pengobatan-pengobatan kanker terhadap tubuh, seperti CCl4 (toksik pada hati dan ginjal) dan lain-lain.
Penulis mendapatkan beberapa pengalaman klinis pada survei pasien-pasien yang mengalami kanker leukemia, tumor payudara, dan peningkatan kadar hiperbilirubin akibat penyakit hati/sirosis hepatic, sekitar 5 pasien. Alhamdulillah, seorang pasien telah mengalami penurunan kadar bilirubin secara bermakna (dari 11 menjadi 2 – 3 skala laboratorium standar) dalam waktu 3 hari, tiga pasien yang lain mengalami penurunan angka leukosit (dari 145.000 menjadi 5.000 – 7.000 skala laboratorium standar) dalam waktu rata-rata minimal 1 bulan – tanpa menggunakan khemoterapi, dan seorang pasien lagi mengalami penghilangan tumor payudara – berdasarkan pemeriksaan klinis spesialis bedah dan pemeriksaan CT-scan dan pencitraan standar lainnya. Pengonsumsian habbatus sauda’ (bentuk kapsul) dengan dosis pemberian 100 – 200 mg/kg berat badan, dibagi dalam 4 – 5 kali pemberian kepada pasien dengan diminumkan, setelah makan, dan dapat juga dikombinasi dengan minyak zaitun dan madu cair dengan dosis 3 kali dan takaran 1 sendok teh setelah makan.
(Bersambung ke "Peran dan Mekanisme Aksi dari Habbatus sauda’ (Bagian 3)")
Salah satu studi yang dilakukan oleh Al-Awadi dan Gumma (di institusi kedokteran, yang berhubungan dengan diabetes mellitus di Kuwait) melaporkan bahwa penggunaan nigella sativa dikombinasikan dengan beberapa tanaman obat (herbal medicine) lainnya (yang terdiri dari Myrr, Gum Olybanum, Gum Asofeetida, dan Aloe), pada tikus yang menderita diabetes mellitus, dapat menimbulkan efek hipoglikemia (penurunan kadar gula darah) secara bermakna. Dari studi diabetes mellitus lainnya menunjukkan bahwa terjadinya efek hipoglikemia pada pemberian nigella sativa ditentukan melalui adanya mekanisme aksi dari nigella sativa yang menghambat terjadinya proses glukoneogenesis (pembentukan glikogen [gula darah] baru dari pemecahan-pemecahan lemak dan protein tubuh) di hati. Volatile oil yang terkandung dalam ekstrak nigella sativa juga menimbulkan efek hipoglikemia yang bermakna pada hewanhewan uji kelinci yang menderita diabetes mellitus dan telah terinduksi oleh aloxan (tanpa adanya efek perubahan pada insulinnya).
Pada studi lebih lanjut, Bamosa et al melaporkan terjadinya penurunan kadar gula darah pada orang sehat yang menerima nigella sativa dengan dosis 2 x 1 g/hari. Studi paling mutakhir terpublikasi, yang dilakukan pada 55 penderita diabetes mellitus oleh Tissera MHA et al tahun 1998, melaporkan terjadinya penurunan kadar gula darah secara bermakna pada 72,7 % dari penderita diabetes mellitus yang menerima ekstrak minyak nigella sativa dengan dosis pemberiannya 2 x ½ sendok teh (2,5 ml)/hari , dengan cara diminum selama sebulan.
Sementara itu, terdapat juga studi yang pernah dilakukan di Indonesia, yaitu studi uji klinis efek hipoglikemia ekstrak jinten hitam (nigella sativa) pada penderita diabetes mellitus tipe 2, yang dilakukan oleh Ahmad dan Yasin, pada tahun 1998 di SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya – RSUD Dr Saiful Anwar, Malang, Jawa Timur. Studi tersebut dilakukan untuk mencari obat alternatif yang mampu mengendalikan kadar glukosa darah dengan menggunakan tanaman tradisional, dan untuk membuktikan efek hipoglikemik ekstrak jinten hitam (nigella sativa) pada penderita diabetes mellitus tipe 2 tersebut. Desain studi ini adalah uji klinis fase 2, open-lable, dengan jumlah subjek uji 5 orang penderita diabetes mellitus tipe 2 yang sativa (berasal dari Yayasan Achmad Ismail, Jeddah, Arab Saudi) dalam bentuk sediaan larutan suspensi dengan dosis pemberian 60 ml dengan cara diminumkan ke pasien setiap hari, dalam waktu 4 bulan. Hasil yang didapat dari studi ini adalah pemberian ekstrak nigella sativa (sediaan larutan tersuspensi) pada penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan dosis pemberian 60 ml setiap hari secara bermakna dapat menurunkan kadar gula darah (efek hipoglikemik) pada menit ke-90 dan ke-150 (p < 0,05 [p = 0,035 dan 0,026]) setelah diminumkan. Sedangkan pada menit ke-30 setelah penerimaan ekstrak tersebut tidak memberikan nilai yang bermakna
(p > 0,05 [p = 0,180]). Kemudian dari sisi keamanan (safety) dari pemberian ekstrak tersebut selama masa studi tidak ditemukan adanya keluhan atau efek samping obat (adverse event drugs) yang bermakna pada semua subjek ujinya. Selanjutnya, hasil studi tersebut dapat disimpulkan bahwa efek kerja (efficacy) dari ekstrak jinten hitam (nigella sativa) belum nampak jelas pada menit ke-30 pasca pemberiannya.namun demikian, efek kerjanya mulai jelas terlihat setelah menit ke-90 pasca pemberiannya, dan efek kerjanya semakin jelas dan meningkat setelah menit ke -150 pasca pemberiannya. Mekanisme hipoglikemiai yang terjadi selama masa studi tersebut masih diperkirakan pada beberapa aspek, yaitu menurunkan angka glukoneogenesis (proses pembentukan gula darahyang terjadi melalui pengubahan senyawa-senyawa yang bukan dari jenis glukosa [seperti lemak dan protein] dari tempat penyimpanan atau cadangannya di dalam tubuh), meningkatkan glikolisis (proses penghancuran glukosa di dalam suatu sel atau jaringan tubuh, yang akan digunakan sebagai salah satu bahan untuk memungkinkan terjadinya proses metabolisme tingkat selnya) di jaringan perifer, menghambat pengeluaran hormon kontra regulator, meningkatkan sekresi insulin, meningkatkan sensitivitas insulin pada sel-sel otot dan hati, dan menghambat proses absorbsi (penyerapan) glukosa di usus.
Penulis mendapatkan beberapa pengalaman klinis pada survei pasien-pasien kencing manis (diabetes mellitus) kronis, sekitar 5 sampai 10 pasien yang menerima habbatus sauda’, alhamdulillah, dari pasien yang telah divonis dokter dengan komplikasi sistemik (menyeluruh ke seluruh tubuhnya), dengan adanya borok yang sangat berbau (ulkus gangrene diabetes mellitus), kelainan nyeri dada (ischemic heart disease) dan stroke ringan-sedang, serta pengobatan rutinnya dengan insulin, sampai pasien diabetes mellitus berderajat ringan-sedang, dapat distabilkan/dinormalkan kadar gula darahnya, rata-rata minimal setelah pengonsumsian habbatus sauda’ (berbentuk kapsul) 1,5 hingga 2 bulan, dengan dosis pemberian 200 – 300 mg/kg berat badan, dibagi dalam 3 kali pemberian dengan cara diminum, setelah makan, dan juga dapat dikombinasi dengan minyak zaitun dengan dosis 3 kali dengan takaran ½ sampai 1 sendok teh setelah makan.
4. Sebagai antikolesterol
Mekanisme antikolesterol yang dihasilkan nigella sativa sama seperti yang telah dijelaskan pada studi-studi mekanisme nigella sativa sebagai antioksidan, yang secara umum berperan dalam penghambatan terjadinya proses peroksidase lipid non-enzimatik sel dan sebagainya. Salah satu studi paling mutakhir terpublikasi, yang dilakukan pada 17 penderita dislipidemia (kelainan kadar-kadar kolesterol, trigliseride, HDL, dan LDL dalam darah), berusia 40 sampai 70 tahun, oleh Tissera MHA et al pada tahun 1997, melaporkan terjadinya penurunan kadar-kadar kolesterol total, LDL, dan trigliseride, dan peningkatan kadar HDL secara bermakna pada para penderita dislipidemia yang menerima ekstrak minyak nigella sativa dengan dosis pemberian 2 x ½ sendok teh (2,5 ml)/hari, dengan cara diminum, selama 1 bulan.
Penulis mendapatkan beberapa pengalaman klinis pada survei pasien-pasien berpenyakit kelainan kadar kolesterol darah/dislipidemia, baik peningkatan trigliseride, kilomikron, dan LDL, sekitar 5 sampai 7 pasien, alhamdulillah, dapat distabilkan semuanya rata-rata minimal setelah menjalani pengobatan selama 1,5 sampai 2 bulan. Pengonsumsian habbatus sauda’ (berbentuk kapsul) dengan dosis pemberian 100 – 200 mg/kg berat badan, dibagi dalam 3 kali dengan cara diminumkan, setelah makan, dan dapat juga dikombinasi dengan minyak zaitun dengan dosis 3 kali dengan takaran ½ sampai 1 sendok teh setelah makan.
5. Sebagai BRM dan antikanker
Beberapa studi mutakhir melaporkan bahwa BRM (Biological Response Modiffier) dapat meningkatkan imunitas (jumlah sel darah putih dan proliferasi [pematangan] sel limfosit), hasil khemoterapi (terapi kimia untuk pengobatan kanker, seperti cyclophosphamide), dan terapi adjuvant (tambahan) pada hepatocarcinoma atau kanker hati (seperti fluouracyl), serta menghambat penurunan sel darah putih akibat pemberian khemoterapi (sebelumnya), penyebaran dan pertumbuhan kanker. BRM juga dilaporkan aman untuk penggunaan jangka panjang. Hasil studi-studi lainnya juga melaporkan bahwa BRM menunjukkan efek cytotoxic terhadap cell line kanker manusia, antikanker hati, imunomodulasi (peningkatan fungsi sel-sel limfosit T dan B, sel NK [natural killer], sel makrofage, sel CTL, produksi IL-2 dan 3, TNF-β4, dan menghambat apoptosis [pematian sel terprogram] secara spontan pada sel thymus normal). Studi mutakhir mengenai BRM yang dilakukan secara in vitro oleh Effendy, S., dan Reksodiputro, AH., Jakarta 2000, melaporkan bahwa ekstrak ethanol dapat menginduksi apoptosis , baik terhadap sel limfoid maupun sel kanker leukemia (non specific cells), BRM dapat memacu apoptosis selektif pada sel-sel kanker (mieloid) sampai dengan 52 %, BRM dapat meningkatkan viabilitas (pengaktifan) sel-sel imun – effector (limfoid) sampai 72 %, BRM dengan ethanol dapat meningkatkan efek potensiasi (penguatan) apoptosis terhadap sel kanker leukemia (salah satu kanker ganas sel darah putih), dan BRM dapat menimbulkan efek apoptosis pada sel kanker leukimia melalui jalur yang lebih spesifik daripada sifat umum jalur apoptosis yang dapat ditimbulkan oleh ethanol.
Studi BRM mutakhir lainnya yang dilakukan oleh Sajuthi, D., et al di Bogor tahun 2002 juga melaporkan bahwa peningkatan dosis BRM dapat menunjukkan peningkatan efektivitas penghambatan pertumbuhan sel-sel tumor dan kanker, melalui mekanisme kerja yang sinergis antara stimulasi sistem imun dan penghambatan aktivitas proses pembelahan sel-sel tumor/kanker dan peningkatan apoptosis sel tumor.
Ekstrak nigella sativa dianggap suatu BRM karena banyak studi-studi mutakhir yang menunjukkan bahwa ekstrak nigella sativa sangat beracun (toksik) terhadap pertumbuhan dan perkembangan sel-sel kanker (cytotoxic). Dari studi-studi tersebut, ternyata zat-zat aktif utama dari ekstrak nigella sativa (thymoquinone dan dithymoquinone) dapat menghambat sel-sel tumor dan kanker, walaupun sel-sel ini telah kebal terhadap pengobatan antikanker sebelumnya, seperti cisplatine dan doxorubicine.
Studi mengenai aktivitas antikanker dari ekstrak nigella sativa pertama kali dilakukan oleh El-Kadi dan Kandil, yang melaporkan bahwa pemberian ekstrak nigella sativa akan memperkuat aktivitas sel-sel natural killer (NK) sebesar ± 200 – 300 % pada pasien-pasien yang menderita kanker dan sudah menjalani program pengobatan imunoterapi (salah satu jenis pengobatan kanker).
Studi lainnya yang dilakukan pada kasus-kasus keganasan secara topical (jaringan kulit), pada hewan uji tikus, menunjukkan bahwa ekstrak nigella sativa yang dikombinasikan dengan crocus sativus dapat menghambat dua tingkat fase pertumbuhan dan perkembangan, yaitu fase inisiasi dan fase promosi pada selsel kanker kulit (papilloma dan skin carcinoma formations). Pada studi ini juga menunjukkan bahwa ekstrak nigella sativa dapat menghambat terjadinya aktivitas 20-methylcholantrene yang diinduksi oleh kanker ganas jaringan lunak Sarkoma. Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa ekstrak nigella sativa mengandung asam-asam lemak yang secara eksperimen dari jaringan/hewan uji (in vitro) dapat menimbulkan efek aktivasi penghancuran sel-sel kanker (cytotoxic) sebesar 50 % terhadap kanker-kanker hati (Ehrilch ascites carcinoma [EAC]), Dalton’s lymphoma ascites (DLA), dan sel kanker ganas Sarkoma-180, dan secara eksperimen dari hewan uji pada tikus dapat menghambat perkembangan EAC secara sempurna.
Thymoquinone dan dithymoquinone (suatu zat aktif yang terkandung dalam nigella sativa) memiliki efek aktivasi penghancuran sel-sel kanker (cytotoxic) lebih baik terhadap pertumbuhan sel-sel tumor/kanker yang telah 10 kali lebih kebal terhadap pemberian obat-obatan kanker doxorubicine dan etoposide. Pada studi lainnya, yang dilakukan pada tikus betina Swiss, menunjukkan bahwa thymoquinone menurunkan insidensi (angka kejadian) dan pelipatgandaan aktivitas benzo-α-pyrene dan 20-methylcholanthrene yang terinduksi oleh sel-sel kanker ganas fibrosarkoma yang terjadi sampai 70 %.
Pada studi lainnya, fraksi kromatografi kolum ethyl-acetat (CC5)pada ekstrak ethanol nigella sativa juga menunjukkan efek cytotoxic terhadap pertumbuhan beberapa sel-sel kanker yang berbeda, seperti Hep.G2, Molt.4, dan Lewis lung carcinoma – salah satu jenis kanker paru-paru. Pada studi selanjutnya dilaporkan bahwa CC5 dan α-hydrine (AH) yang terkandung dalam ekstrak nigella sativa menghasilkan suatu dosis dependen yang dapat menghambat laju pertumbuhan sel-sel tumor/kanker dan sebanding dengan penggunaan antikanker cyclophosphamide – salah satu obat kanker.
Studi-studi mutakhir terpublikasi mengenai efek nigella sativa melaporkan bahwa ekstrak nigella sativa – terutama zat-zat aktifnya, seperti thymoquinone – memiliki banyak khasiat penghambatan dan pematian terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan sel-sel kanker pada tubuh manusia. Di antaranya dapat berfungsi sebagai potentian chemopreventive, cytotoxic, antiangiogenic activity (aktivitas pertumbuhan faktor-faktor pembentukan formasi pembuluh-pembuluh darah baru pada proses keganasan/kanker). Dan hipoksia-induced angiogenesis [HIF-1α] (pada para pasien yang menderita kanker payudara, kolon [usus besar], dan prostat), dan pencetus apoptosis (pematian sel-sel kanker secara terprogram) pada pasien-pasien yang menderita kanker colorectal (usus besar).
Beberapa studi paling mutakhir terpublikasi, telah dilakukan oleh Notwood dan Farah. Norwood et al pada tahun 2006 telah melakukan studi klinis secara in vitro yang bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan mekanisme aksi dari beberapa antioksidan (scavenger of ROS – Reactive Oxygen Species [zat radikal bebas yang sangat reaktif di dalam tubuh – sangat mengganggu terjadinya proses metabolisme pada sel/jaringan tubuh, sehingga memungkinkan sekali terjadinya kerusakan daripadanya- yang terbentuk dari beberapa senyawa atau unsure yang mengandung oksigen]) yang dapat berperan sebagai agent khemoterapi, yaitu thymoquinone (nigella sativa), Epigallocatechin-3-gallate – EGCG (green tea), dsn 5-fluorouracil (5-FU), serta mengevaluasi dosis efektif dari ketiga antioksidan tersebut dalam pengobatan kanker usus besar. Hasil studi ini menunjukkan bahwa ketiga antioksidan tersebut dapat menimbulkan aksi peningkatan penghancuran sel kanker (apoptosis) dimulai sejak 24, 48, dan 72 jam setelah pemberian dan faktanya mulai bekerja dari kedua antioksidan tersebut (thymoquinone dan EGCG) hamper sama dengan 5-FU. Adanya data ini dapat dijadikan sebagai suatu kesimpulan bahwa thymoquinone (nigella sativa) dan EGCG (green tea) secara in vitro dapat berperan sebagai sebagai suatu agent khemoterapi seperti agent khemoterapi lainnya yang sudah standar (yaitu 5-FU) pada pengobatan kanker kolon.
Sebelumnya Farah et al pada tahun 2005 juga telah melakukan studi klinis secara in vitro yang bertujuan untuk menentukan perbandingan aspek kemanfaatan (efficacy aspect) dan aspek keamanan (safety aspect) thymoquinone (Black Seed) dengan vitamin E terhadap dampak metabolisme tingkat sel, dari sel A549 (MDA) yang dikultur selama 24, 48, dan 72 jam. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa thymoquinone secara bermakna menurunkan level MDA selama masa studi. Sebaliknya, vitamin E menimbulkan efek toksisitas dan kerusakan sel A549 tersebut lebih besar disbanding efek proteksi selnya.
Data lainnya yang didapat adalah 24 jam setelah pemberian thymoquinone – terhadap sel A549 tersebut – menunjukkan adanya aktivitas perbaikan/pemulihan (berupa sintesis protein) metabolisme tingkat sel tertinggi disbanding vitamin E. setelah 72 jam pemberian thymoquinone aktivitas pemulihan metabolisme tingkat sel ini mulai mengalami penurunan sampai tingkat terendah, begitu juga dengan pemberian vitamin E. kemudian jumlah sel yang mengalami kerusakan atau kelainan perkembangan (akibat terjadinya metabolisme sel A549 tersebut), juga mengalami penurunan secara bermakna setela 24 jam pemberian thymoquinone dan masih terus mengalami penurunan yang bermakna selama masa studi tersebut, disbanding dengan pemberian vitamin E. Adanya data ini dapat dijadikan sebagai suatu kesimpulan bahwa thymoquinone (Black Seed) memiliki efektivitas yang sangat besar terhadap viabilitas (keutuhan/kehidupan) dan fungsi suatu sel.
Studi-studi mutakhir lainnya juga menunjukkan bahwa thymoquinone juga dapat mencegah beberapa efek samping yang ditimbulkan dari pengobatan-pengobatan kanker terhadap tubuh, seperti CCl4 (toksik pada hati dan ginjal) dan lain-lain.
Penulis mendapatkan beberapa pengalaman klinis pada survei pasien-pasien yang mengalami kanker leukemia, tumor payudara, dan peningkatan kadar hiperbilirubin akibat penyakit hati/sirosis hepatic, sekitar 5 pasien. Alhamdulillah, seorang pasien telah mengalami penurunan kadar bilirubin secara bermakna (dari 11 menjadi 2 – 3 skala laboratorium standar) dalam waktu 3 hari, tiga pasien yang lain mengalami penurunan angka leukosit (dari 145.000 menjadi 5.000 – 7.000 skala laboratorium standar) dalam waktu rata-rata minimal 1 bulan – tanpa menggunakan khemoterapi, dan seorang pasien lagi mengalami penghilangan tumor payudara – berdasarkan pemeriksaan klinis spesialis bedah dan pemeriksaan CT-scan dan pencitraan standar lainnya. Pengonsumsian habbatus sauda’ (bentuk kapsul) dengan dosis pemberian 100 – 200 mg/kg berat badan, dibagi dalam 4 – 5 kali pemberian kepada pasien dengan diminumkan, setelah makan, dan dapat juga dikombinasi dengan minyak zaitun dan madu cair dengan dosis 3 kali dan takaran 1 sendok teh setelah makan.
(Bersambung ke "Peran dan Mekanisme Aksi dari Habbatus sauda’ (Bagian 3)")
Peran dan Mekanisme Aksi dari Habbatus sauda’ (Bagian 1)
Oleh dr Hendrik, S. Ked., M.Kes. *
Analisis dan publikasi studi-studi yang telah dilakukan di beberapa negara seperti di Pakistan, Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa negara di benua Eropa, pada seperempat abad terakhir menunjukkan bahwa habbatus sauda’ memiliki kandungan zat nutrisi yang sangat tinggi, seperti protein, lemak, karbohidrat, thiamin, riboflavine, pyridoxine, niacine, folacine, kalsium, zat besi, seng, dan fosfor. Adanya habbatus sauda’ pada saat ini telah menegaskan mengenai pemberlakuan kembali pemakaian obat-obatan seperti yang digunakan di zaman-zaman Mesir kuno, Yunani, dan Romawi. Habbatus sauda’ juga telah dinyatakan oleh Avicenna (Ibnu Sina, salah seorang pakar kesehatan zaman dahulu), yang tertuang dalam salah satu buku terkenalnya dengan judul “Canon of Medicine,” bahwa habbatus sauda’ memiliki beberapa aksi terhadap tubuh manusia, di antaranya sebagai ekspektoran (zat pengencer dahak/lendir), pembangkit energi tubuh, dan membantu pemulihan dari gejala-gejala fatique (tidak bergairah) dan dispiritedness (tidak ada semangat untuk hidup).
Di negara Pakistan dan Yunani Timur bagian tengah, habbatus sauda’ telah digunakan untuk mendorong pengeluaran air seni (diuretic), pengobatan keluhan discharge yang terjadi saat menstruasi (emmenagogue), penormalan pengeluaran keringat (diaphrotic), meningkatkan pengeluaran air susu ibu (galactagogue), pengobatan flu, pengobatan semua tipe penyakit alergi, pengobatan bronkhitis kronis, pengobatan asma bronkhial, dan pengobatan peradangan pada mata (conjunctivitis), pengobatan penyakit kuning (icteric), pengobatan kelumpuhan (paralysis), dan demam malaria tertiana. Di India, habbatus sauda’ digunakan untuk penyakit maag, kolik (nyeri pada bagian perut yang amat sangat), dan infeksi-infeksi parasit (seperti cacingan). Beberapa mekanisme aksi habbatus sauda’ secara detil telah berhasil didapatkan dan dinyatakan melalui studi-studi yang telah dilakukan, bahkan ada beberapa yang telah dipublikasikan, sekitar 10 – 20 tahun terakhir di beberapa negara di dunia, di antaranya adalah studi mengenai mekanisme-mekanisme aksi habbatus sauda’ sebagai antioksidan (anti radikal bebas), antihipertensi dan penyakit jantung, antidiabetes (kencing manis), antikolesterol, antikanker, antiperadangan, antihistamin, antiasma bronkhial, antiinfeksi bakteri, virus dan parasit, antinyeri, antimaag, dan penambah darah.
1. Sebagai zat antioksidan(anti zat-zat radikal bebas)
Ekstrak habbatus sauda’ (terutama zat utamanya, yaitu thymoquinone) telah menunjukkan efek proteksi terhadap mekanisme toksisitas (keracunan) pada sirkulasi/aliran darah, hati, ginjal, dan lain-lain yang diinduksi sebelumnya oleh obat-obatan antikanker dan beberapa racun(toksin). Hal ini dapat dilihat pada beberapa penelitian yang dilakukan pada hewan, di antaranya adalah salah satu penelitian yang dilakukan pada mencit, yang hasilnya menunjukkan bahwa pemberian habbatus sauda’ dapat mencegah penurunan nilai Hb dan jumlah leukosit pada mencit yang telah menerima cisplatine (salah satu obat antikanker). Nigella sativa (nama lain dari habbatus sauda’) bersama dengan cysteine (salah satu asam aminonya), vitamin E, dan cross sativus dapat memproteksi terjadinya beberapa toksisitas (keracunan) pada sistem sirkulasi/aliran darah, hati, dan ginjal yang telah terinduksi oleh cisplatine.
Thymoquinone dan fixed oil yang terkandung dalam habbatus sauda’ juga dilaporkan menghambat proses peroksidasi non-enzimatik pada lisosom-lisosom fosfolipid sel otak. Thymoquinone memproteksi sel-sel hepatosit (sel monosit pada organ hati) tikus yang diisolasi terhadap toksisitas yang diinduksi oleh ter-butyl-hydroperoxide. Thymoquinone juga menunjukkan efek proteksi hati (hepatoprotective) mencit terhadap toksisitas yang diinduksi oleh CCL4. El-Dakhakhany, et al juga telah melaporkan efek proteksi minyak Nigella sativa terhadap CCL4 dan D-galactosamine yang dapat menginduksi terjadinya toksisitas pada tikus. Pada studi ini proteksi terhadap toksisitas hati ditunjukkan dengan terjadinya penurunan aktivitas-aktivitas serum (pada liver function test [LFT]) yang bermakna, seperti penurunan serum-serum alkaline phosphatase, lactate dehydrogenase, malate dehydrogenase, aspartate aminotransferase, alanine aminotransferase, dan lain-lain, serta penurunan glutathione reductase secara bermakna.
Badary, et al melaporkan adanya efek proteksi thymoquinone terhadap mencit yang menderita Sindrom Fanconi yang telah terinduksi ifosfamide (salah satu obat antikanker), dan terhadap tikus yang menderita nefropathy (kelainan ginjal) yang telah terinduksi doxorubicine (salah satu obat antikanker), yang manifestasinya adalah terjadi perbaikan-perbaikan terhadap sign/symptoms yang telah ada (sebelumnya), yaitu fosfaturia (air seni mengandung ion fosfat [PO4]), glukosuria (air seni mengandung gula/glukosa [C6H12O6]), dan peningkatan creatinine dan ureum secara bermakna, serta terjadinya perbaikan-perbaikan terhadap adanya deplesi glutathione dan akumulasi lipid peroxide pada ginjal sebelumnya secara bermakna.
Bruits dan Bucar lebih lanjut melaporkan bahwa minyak Nigella sativa dan empat zat utamanya (thymoquinone, carvacrol, t-anethol, dan 4-terpineol) memiliki efek antioksidan (antiradikal bebas) yang ditunjukkan pada beberapa proses pengujian dengan menggunakan chemical assay, di antaranya adalah menggunakan diphenylpicrylhydracyl assay (untuk mengobservasi aktivitas atom hydrogen [H2] non spesifik dan donasi elektronnya), dan the assay for non-enzymatic peroxidation in liposomes and deoxy-ribose degradation assay (untuk mengobservasi berbagai OH-radical scavenger). Studi mutakhir lainnya yang dilakukan oleh Turkdogan, et al melaporkan adanya aksiproteksi Nigella sativa terhadap kelinci yang menderita sirosis hepatis (pengecilan hati disebabkan oleh tumbuhnya jaringan fibrosis setelah mengalami penyakit infeksi hati menahun [hepatitis kronis] atau keganasan pada hati) yang telah terinduksi oleh CCL4. dan El-Sherbeny yang juga melaporkan adanya efek proteksi Nigella sativa terhadap aksi genotoxic (penghancuran gen sel tubuh) dari suatu zat toksik 2,4-D-herbisida.
Ekstrak alkohol yang terkandung dalam Nigella sativa juga dilaporkan memiliki efek kombinasi, yaitu memampukan Nigella sativa menghasilkan persentase tertinggi penghambatan hydrogen peroxide (H2O2) pada mikrosom sel hati mencit yang telah diterapi lindane. Studi ini juga menunjukkan bahwa ekstrak Nigella sativa dapat lebih memproteksi tubuh manusia terhadap kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh zat-zat oksidatif (radikal bebas) dibanding suplemen-suplemen antioksidan sintetis lainnya.
Salah satu studi mutakhir terpublikasi lainnya, yang dilakukan oleh Mahmood MS, et al di Pakistan tahun 2003, melaporkan bahwa ekstrak Nigella sativa dapat menurunkan produksi nitric oxide (NO). Studi ini juga mengindikasikan bahwa ekstrak Nigella sativa dapat menunjukkan efek inhibisi (penghambatan) pada pembentukan NO (salah satu mediator pro-inflamasi/peradangan yang dapat bersifat sebagai radikal bebas) oleh sel-sel makrofage.
Penulis mendapatkan beberapa pengalaman klinis pada survei pasien-pasien kanker ± 20 sampai 30 % pasien yang sedang menjalani khemoterapi dan/atau radiasi (radioterapi), alhamdulillah, ternyata Nigella sativa membuktikan dapat mengurangi dan mencegah timbulnya beberapa efek samping akut yang diakibatkan oleh pemberian khemo/radioterapi tersebut secara bermakna tanpa mengurangi efektivitas kinerja dari pengobatan khemo/radiotrapi. Terutama dapat mengatasi beberapa efek samping berupa penurunan sel darah merah (Hb), sel darah putih (leukosit), dan sel pembekuan darah (trombosit), penurunan nafsu makan (anoreksia), tidak bergairah hidup (malaise), perontokan rambut (alopesia), dan lain-lain. Di sisi lain, juga didapatkan data dari pasien-pasien yang sering terpapar zat-zat antioksidan lainnya, seperti asap pabrik, asap masakan, asap rokok, asap dari pembakaran sampah, dan asap kendaraan bermotor, mengalami penurunan gejala-gejala klinisnya, seperti penurunan frekwensi batuk, pengeluaran riak/lendir dari tenggorokan, dan perasaan berat di sekitar dada secara bermakna. Pengkonsumsian habbatus sauda’ (bentuk kapsul) tersebut adalah dengan dosis pemberian 200 – 300 mg/kg berat badan (dibagi dalam 3 kali pemberian melalui mulut), setelah makan, dan dapat juga dikombinasi dengan minyak zaitun dan madu cair dengan dosis 3 kali dengan takaran ½ sampai 1 sendok teh setelah makan.
2. Efek habbatus sauda’ terhadap sistem kardiovaskuler
Pengobatan tradisional di Arab Saudi, Nigella sativa dalam sediaan tunggal atau dalam kemasan kombinasi dengan madu dan bawang putih telah dipromosikan untuk pengobatan hipertensi. Salah satu studi pada hewan uji tikus yang dilakukan oleh El-Tahir, et al membuktikan bahwa Nigella sativa mempunyai efek terhadap sistem kardiovaskuler. Thymoquinone dan Volatile oil-nya dapat menghasilkan suatu dosis dependen yang dapat menurunkan tekanan darah arteri dan frekwensi jantung. Efek-efek ini secara bermakna berlawanan dengan beberapa obat seperti atrophine, cyproheptadine, hexamethonium, dan sumsum tulang (spinal pithing).
Studi tersebut menunjukkan bahwa efek yang ditimbulkan nigella sativa dimediasi secara sentral (melalui sistem saraf pusat [otak]), yaitu reseptor 5-hydroxytryptaminergic dan muscarinic. Pada studi tersebut juga menunjukkan bahwa pemberian ekstrak minyak nigella sativa dengan dosis 0,6 ml/kg/hari, dengan cara seperti meminum obat. Hal itu akan menimbulkan efek penurunan tekanan darah (tensi) yang sama dengan pemberian nifedipine (salah satu obat antihipertensi dari golongan calcium-blocker)dengan dosis 0,5 mg/kg/hari, dengan cara seperti meminum obat, dan pemberian furosemide (salah satu obat antihipertensi dari golongan diuretik) dengan dosis 0,5 mg/kg/hari, dengan cara seperti meminum obat.
Penulis mendapatkan beberapa pengalaman klinis pada survei pasien-pasien yang mengalami peningkatan tekanan darah (hipertensi), penurunan tekanan darah (hipotensi), dan lemah/gagal jantung (dekompensasio kordis), sekitar 10 sampai 15 pasien. Pada umumnya para pasien yang mengalami hipertensi mempunyai tensi rata-rata 160 – 170/90 – 100 mmHg (hipertensi derajat sedang/berat), dan para pasien yang mengalami hipotensi mempunyai tensi rata-rata 70 – 80/50 – 60 mmHg, semuanya berumur rata-rata minimal 50 tahun, yang telah menjalani pengobatan minimal 1 sampai 2 tahun, dan telah mendapat beberapa pengobatan standar medis terbaik, seperti adalat, lasix, dan lain-lain. Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah SWT dan kesabaran yang dijalani oleh para pasien tersebut, pengobatan dengan ketentuan penggunaan habbatus sauda’ dan kaidah pengobatan yang rasional secara syariat maupun medis, dalam jangka waktu sekitar rata-rata 1 sampai 2 minggu keadaan tekanan darahnya dapat distabilkan, menjadi rata-rata ± 120 – 130/70 – 80 mmHg.
Sementara untuk para pasien yang menjalani pengobatan habbatus sauda’ pada penyakit lemah/gagal jantung, gejala atau keluhan klinis yang menyertainya, seperti pembengkakan pada kedua tungkai, hipertensi, peningkatan denyut jantung, mudah lelah, sesak nafas, dan lain-lain, alhamdulillah, berangsur-angsur penyakit itu menghilang, dimulai dengan menurunnya tensi dan penstabilan denyut jantung, disertai dengan pengisutan pembengkakan pada kedua tungkainya melalui peningkatan frekwensi dan kuantitas pengeluaran air seni rata-rata minimal terjadi setelah hari ke-2 dan ke-3 setelah pemberian habbatus sauda’, dan selanjutnya rata-rata minimal mulai hari ke-14 keadaan lemah/gagal jantungnya secara klinis berkurang secara bermakna (terjadi penstabilan/penormalan kondisi kinerja jantungnya secara klinis sebesar 70 – 80 %). Pengonsumsian habbatus sauda’ (berbentuk kapsul) dengan dosis pemberian 80 – 100 mg/kg berat badan, dibagi dalam 3 kali, diminum seperti mengonsumsi obat, setelah makan, dapat juga dikombinasi dengan minyak zaitun dan madu cair dengan dosis 3 kali, dengan takaran ½ sampai 1 sendok teh setelah makan.
(Bersambung ke "Peran dan Mekanisme Aksi dari Habbatus sauda’ (Bagian 2"))
Analisis dan publikasi studi-studi yang telah dilakukan di beberapa negara seperti di Pakistan, Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa negara di benua Eropa, pada seperempat abad terakhir menunjukkan bahwa habbatus sauda’ memiliki kandungan zat nutrisi yang sangat tinggi, seperti protein, lemak, karbohidrat, thiamin, riboflavine, pyridoxine, niacine, folacine, kalsium, zat besi, seng, dan fosfor. Adanya habbatus sauda’ pada saat ini telah menegaskan mengenai pemberlakuan kembali pemakaian obat-obatan seperti yang digunakan di zaman-zaman Mesir kuno, Yunani, dan Romawi. Habbatus sauda’ juga telah dinyatakan oleh Avicenna (Ibnu Sina, salah seorang pakar kesehatan zaman dahulu), yang tertuang dalam salah satu buku terkenalnya dengan judul “Canon of Medicine,” bahwa habbatus sauda’ memiliki beberapa aksi terhadap tubuh manusia, di antaranya sebagai ekspektoran (zat pengencer dahak/lendir), pembangkit energi tubuh, dan membantu pemulihan dari gejala-gejala fatique (tidak bergairah) dan dispiritedness (tidak ada semangat untuk hidup).
Di negara Pakistan dan Yunani Timur bagian tengah, habbatus sauda’ telah digunakan untuk mendorong pengeluaran air seni (diuretic), pengobatan keluhan discharge yang terjadi saat menstruasi (emmenagogue), penormalan pengeluaran keringat (diaphrotic), meningkatkan pengeluaran air susu ibu (galactagogue), pengobatan flu, pengobatan semua tipe penyakit alergi, pengobatan bronkhitis kronis, pengobatan asma bronkhial, dan pengobatan peradangan pada mata (conjunctivitis), pengobatan penyakit kuning (icteric), pengobatan kelumpuhan (paralysis), dan demam malaria tertiana. Di India, habbatus sauda’ digunakan untuk penyakit maag, kolik (nyeri pada bagian perut yang amat sangat), dan infeksi-infeksi parasit (seperti cacingan). Beberapa mekanisme aksi habbatus sauda’ secara detil telah berhasil didapatkan dan dinyatakan melalui studi-studi yang telah dilakukan, bahkan ada beberapa yang telah dipublikasikan, sekitar 10 – 20 tahun terakhir di beberapa negara di dunia, di antaranya adalah studi mengenai mekanisme-mekanisme aksi habbatus sauda’ sebagai antioksidan (anti radikal bebas), antihipertensi dan penyakit jantung, antidiabetes (kencing manis), antikolesterol, antikanker, antiperadangan, antihistamin, antiasma bronkhial, antiinfeksi bakteri, virus dan parasit, antinyeri, antimaag, dan penambah darah.
1. Sebagai zat antioksidan(anti zat-zat radikal bebas)
Ekstrak habbatus sauda’ (terutama zat utamanya, yaitu thymoquinone) telah menunjukkan efek proteksi terhadap mekanisme toksisitas (keracunan) pada sirkulasi/aliran darah, hati, ginjal, dan lain-lain yang diinduksi sebelumnya oleh obat-obatan antikanker dan beberapa racun(toksin). Hal ini dapat dilihat pada beberapa penelitian yang dilakukan pada hewan, di antaranya adalah salah satu penelitian yang dilakukan pada mencit, yang hasilnya menunjukkan bahwa pemberian habbatus sauda’ dapat mencegah penurunan nilai Hb dan jumlah leukosit pada mencit yang telah menerima cisplatine (salah satu obat antikanker). Nigella sativa (nama lain dari habbatus sauda’) bersama dengan cysteine (salah satu asam aminonya), vitamin E, dan cross sativus dapat memproteksi terjadinya beberapa toksisitas (keracunan) pada sistem sirkulasi/aliran darah, hati, dan ginjal yang telah terinduksi oleh cisplatine.
Thymoquinone dan fixed oil yang terkandung dalam habbatus sauda’ juga dilaporkan menghambat proses peroksidasi non-enzimatik pada lisosom-lisosom fosfolipid sel otak. Thymoquinone memproteksi sel-sel hepatosit (sel monosit pada organ hati) tikus yang diisolasi terhadap toksisitas yang diinduksi oleh ter-butyl-hydroperoxide. Thymoquinone juga menunjukkan efek proteksi hati (hepatoprotective) mencit terhadap toksisitas yang diinduksi oleh CCL4. El-Dakhakhany, et al juga telah melaporkan efek proteksi minyak Nigella sativa terhadap CCL4 dan D-galactosamine yang dapat menginduksi terjadinya toksisitas pada tikus. Pada studi ini proteksi terhadap toksisitas hati ditunjukkan dengan terjadinya penurunan aktivitas-aktivitas serum (pada liver function test [LFT]) yang bermakna, seperti penurunan serum-serum alkaline phosphatase, lactate dehydrogenase, malate dehydrogenase, aspartate aminotransferase, alanine aminotransferase, dan lain-lain, serta penurunan glutathione reductase secara bermakna.
Badary, et al melaporkan adanya efek proteksi thymoquinone terhadap mencit yang menderita Sindrom Fanconi yang telah terinduksi ifosfamide (salah satu obat antikanker), dan terhadap tikus yang menderita nefropathy (kelainan ginjal) yang telah terinduksi doxorubicine (salah satu obat antikanker), yang manifestasinya adalah terjadi perbaikan-perbaikan terhadap sign/symptoms yang telah ada (sebelumnya), yaitu fosfaturia (air seni mengandung ion fosfat [PO4]), glukosuria (air seni mengandung gula/glukosa [C6H12O6]), dan peningkatan creatinine dan ureum secara bermakna, serta terjadinya perbaikan-perbaikan terhadap adanya deplesi glutathione dan akumulasi lipid peroxide pada ginjal sebelumnya secara bermakna.
Bruits dan Bucar lebih lanjut melaporkan bahwa minyak Nigella sativa dan empat zat utamanya (thymoquinone, carvacrol, t-anethol, dan 4-terpineol) memiliki efek antioksidan (antiradikal bebas) yang ditunjukkan pada beberapa proses pengujian dengan menggunakan chemical assay, di antaranya adalah menggunakan diphenylpicrylhydracyl assay (untuk mengobservasi aktivitas atom hydrogen [H2] non spesifik dan donasi elektronnya), dan the assay for non-enzymatic peroxidation in liposomes and deoxy-ribose degradation assay (untuk mengobservasi berbagai OH-radical scavenger). Studi mutakhir lainnya yang dilakukan oleh Turkdogan, et al melaporkan adanya aksiproteksi Nigella sativa terhadap kelinci yang menderita sirosis hepatis (pengecilan hati disebabkan oleh tumbuhnya jaringan fibrosis setelah mengalami penyakit infeksi hati menahun [hepatitis kronis] atau keganasan pada hati) yang telah terinduksi oleh CCL4. dan El-Sherbeny yang juga melaporkan adanya efek proteksi Nigella sativa terhadap aksi genotoxic (penghancuran gen sel tubuh) dari suatu zat toksik 2,4-D-herbisida.
Ekstrak alkohol yang terkandung dalam Nigella sativa juga dilaporkan memiliki efek kombinasi, yaitu memampukan Nigella sativa menghasilkan persentase tertinggi penghambatan hydrogen peroxide (H2O2) pada mikrosom sel hati mencit yang telah diterapi lindane. Studi ini juga menunjukkan bahwa ekstrak Nigella sativa dapat lebih memproteksi tubuh manusia terhadap kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh zat-zat oksidatif (radikal bebas) dibanding suplemen-suplemen antioksidan sintetis lainnya.
Salah satu studi mutakhir terpublikasi lainnya, yang dilakukan oleh Mahmood MS, et al di Pakistan tahun 2003, melaporkan bahwa ekstrak Nigella sativa dapat menurunkan produksi nitric oxide (NO). Studi ini juga mengindikasikan bahwa ekstrak Nigella sativa dapat menunjukkan efek inhibisi (penghambatan) pada pembentukan NO (salah satu mediator pro-inflamasi/peradangan yang dapat bersifat sebagai radikal bebas) oleh sel-sel makrofage.
Penulis mendapatkan beberapa pengalaman klinis pada survei pasien-pasien kanker ± 20 sampai 30 % pasien yang sedang menjalani khemoterapi dan/atau radiasi (radioterapi), alhamdulillah, ternyata Nigella sativa membuktikan dapat mengurangi dan mencegah timbulnya beberapa efek samping akut yang diakibatkan oleh pemberian khemo/radioterapi tersebut secara bermakna tanpa mengurangi efektivitas kinerja dari pengobatan khemo/radiotrapi. Terutama dapat mengatasi beberapa efek samping berupa penurunan sel darah merah (Hb), sel darah putih (leukosit), dan sel pembekuan darah (trombosit), penurunan nafsu makan (anoreksia), tidak bergairah hidup (malaise), perontokan rambut (alopesia), dan lain-lain. Di sisi lain, juga didapatkan data dari pasien-pasien yang sering terpapar zat-zat antioksidan lainnya, seperti asap pabrik, asap masakan, asap rokok, asap dari pembakaran sampah, dan asap kendaraan bermotor, mengalami penurunan gejala-gejala klinisnya, seperti penurunan frekwensi batuk, pengeluaran riak/lendir dari tenggorokan, dan perasaan berat di sekitar dada secara bermakna. Pengkonsumsian habbatus sauda’ (bentuk kapsul) tersebut adalah dengan dosis pemberian 200 – 300 mg/kg berat badan (dibagi dalam 3 kali pemberian melalui mulut), setelah makan, dan dapat juga dikombinasi dengan minyak zaitun dan madu cair dengan dosis 3 kali dengan takaran ½ sampai 1 sendok teh setelah makan.
2. Efek habbatus sauda’ terhadap sistem kardiovaskuler
Pengobatan tradisional di Arab Saudi, Nigella sativa dalam sediaan tunggal atau dalam kemasan kombinasi dengan madu dan bawang putih telah dipromosikan untuk pengobatan hipertensi. Salah satu studi pada hewan uji tikus yang dilakukan oleh El-Tahir, et al membuktikan bahwa Nigella sativa mempunyai efek terhadap sistem kardiovaskuler. Thymoquinone dan Volatile oil-nya dapat menghasilkan suatu dosis dependen yang dapat menurunkan tekanan darah arteri dan frekwensi jantung. Efek-efek ini secara bermakna berlawanan dengan beberapa obat seperti atrophine, cyproheptadine, hexamethonium, dan sumsum tulang (spinal pithing).
Studi tersebut menunjukkan bahwa efek yang ditimbulkan nigella sativa dimediasi secara sentral (melalui sistem saraf pusat [otak]), yaitu reseptor 5-hydroxytryptaminergic dan muscarinic. Pada studi tersebut juga menunjukkan bahwa pemberian ekstrak minyak nigella sativa dengan dosis 0,6 ml/kg/hari, dengan cara seperti meminum obat. Hal itu akan menimbulkan efek penurunan tekanan darah (tensi) yang sama dengan pemberian nifedipine (salah satu obat antihipertensi dari golongan calcium-blocker)dengan dosis 0,5 mg/kg/hari, dengan cara seperti meminum obat, dan pemberian furosemide (salah satu obat antihipertensi dari golongan diuretik) dengan dosis 0,5 mg/kg/hari, dengan cara seperti meminum obat.
Penulis mendapatkan beberapa pengalaman klinis pada survei pasien-pasien yang mengalami peningkatan tekanan darah (hipertensi), penurunan tekanan darah (hipotensi), dan lemah/gagal jantung (dekompensasio kordis), sekitar 10 sampai 15 pasien. Pada umumnya para pasien yang mengalami hipertensi mempunyai tensi rata-rata 160 – 170/90 – 100 mmHg (hipertensi derajat sedang/berat), dan para pasien yang mengalami hipotensi mempunyai tensi rata-rata 70 – 80/50 – 60 mmHg, semuanya berumur rata-rata minimal 50 tahun, yang telah menjalani pengobatan minimal 1 sampai 2 tahun, dan telah mendapat beberapa pengobatan standar medis terbaik, seperti adalat, lasix, dan lain-lain. Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah SWT dan kesabaran yang dijalani oleh para pasien tersebut, pengobatan dengan ketentuan penggunaan habbatus sauda’ dan kaidah pengobatan yang rasional secara syariat maupun medis, dalam jangka waktu sekitar rata-rata 1 sampai 2 minggu keadaan tekanan darahnya dapat distabilkan, menjadi rata-rata ± 120 – 130/70 – 80 mmHg.
Sementara untuk para pasien yang menjalani pengobatan habbatus sauda’ pada penyakit lemah/gagal jantung, gejala atau keluhan klinis yang menyertainya, seperti pembengkakan pada kedua tungkai, hipertensi, peningkatan denyut jantung, mudah lelah, sesak nafas, dan lain-lain, alhamdulillah, berangsur-angsur penyakit itu menghilang, dimulai dengan menurunnya tensi dan penstabilan denyut jantung, disertai dengan pengisutan pembengkakan pada kedua tungkainya melalui peningkatan frekwensi dan kuantitas pengeluaran air seni rata-rata minimal terjadi setelah hari ke-2 dan ke-3 setelah pemberian habbatus sauda’, dan selanjutnya rata-rata minimal mulai hari ke-14 keadaan lemah/gagal jantungnya secara klinis berkurang secara bermakna (terjadi penstabilan/penormalan kondisi kinerja jantungnya secara klinis sebesar 70 – 80 %). Pengonsumsian habbatus sauda’ (berbentuk kapsul) dengan dosis pemberian 80 – 100 mg/kg berat badan, dibagi dalam 3 kali, diminum seperti mengonsumsi obat, setelah makan, dapat juga dikombinasi dengan minyak zaitun dan madu cair dengan dosis 3 kali, dengan takaran ½ sampai 1 sendok teh setelah makan.
(Bersambung ke "Peran dan Mekanisme Aksi dari Habbatus sauda’ (Bagian 2"))
Kamis, 16 Juli 2009
Cupping Therapy - Effective Natural Treatment for Rheumatoid Arthritis
By Dr Tamer
Rheumatoid arthritis is an inflammatory disease without a known cause, which affects usually more than one joint and may lead to severe deformity and disability. Rheumatoid arthritis is three times more common in females than males, and its prevalence is about 1-2% in United Sates of America. It usually occurs after the age of 40 and before the age of 60. But it may also affect any age.
Rheumatoid arthritis symptoms
Symptoms of rheumatoid arthritis are variable. Joints are symmetrically inflamed and painful. Swelling and stiffness of affected joints are present. Stiffness in the morning which lasts more than half an hour is usually present. General symptoms of fever, malaise, loss of weight and pain are also present. Rheumatoid arthritis may affect other body parts. It may affect the skin, lungs, lymph nodes, spleen, heart, blood and blood vessels. Rheumatoid arthritis is a serious disease. It leads to severe disability and tends to shorten life.
Rheumatoid arthritis treatment
The goals of the treatment are aimed to reduce pain and inflammation, and to prevent deformities. In the beginning of the treatment, explaining the disease is a very important and supportive part of the treatment plan. Rest is indicated in inflammatory periods to decrease inflammation. Exercises are performed to preserve motion of affected joints according to a special program for each patient. Heat therapy has a great role in decreasing pain and inflammation. Natural supplements with A-3 fatty acids may be helpful.
Cupping therapy
Cupping therapy is a type of alternative and complementary medicine. It is one of the corner stones of Chinese medicine. Cupping therapy reduces pain and increases blood circulation. It also eliminates body toxins and inflammatory substances. Cupping therapy is a very effective natural treatment for rheumatoid arthritis. Cupping therapy reduces pain and inflammation of the affected joints. In the Egyptian Journal of Immunology (2005), researchers state that "Blood-letting cupping combined with conventional medicinal therapy has several advantages. It exerts marked improvement on the clinical condition of patients especially visual analogue scale of pain, it significantly reduces the laboratory markers of RA (rheumatoid arthritis) activity and it modulates the immune cellular conditions."(1). In another trial submitted in partial fulfillment for M.D degree in Mansoura University, researchers state that "Cupping therapy is a good treatment for pain in rheumatoid arthritis" and "Cupping therapy is useful in many diseases including arthritis"(2). Finally you need to find a qualified and licensed acupuncturist or cupping therapist to do cupping therapy.
References:
1-Sahbaa M.Ahmed, Soheir S.Maklad, Nour H.Madbouly, and Eman A.Abu-Shady. Immunomodulatory Effects of Blood Letting Cupping Therapy in Patients with Rheumatoid Arthritis. Egyptian journal of Immunology 12(2), 39-51. 2005.(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/...)
2-Ashraf Hussein Hassan, Farag Mohammed Farag, Mohammed Elmahdy H.Sarhan, Mohammed Yakout Abdel Aziz, and Mohammed Ahmed Abo Elela. Evaluation of cupping therapy in some chronic diseases (Rheumatoid Arthritis, Type 2 DM and chronic HCV infection). Thesis Submitted in partial fulfillment for M.D Degree of Internal Medicine. Faculty of Medicine, Mansoura University page 253. 2006.
3-Rheumatoid Arthritis and Complementary and Alternative Medicine (http://nccam.nih.gov/health/RA/#safe)
4-Rheumatoid Arthritis (MedlinePlus)(http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/...)
Article Source : http://www.cuppingtherapy.info/html/cupping_for_arthritis.html
Rheumatoid arthritis is an inflammatory disease without a known cause, which affects usually more than one joint and may lead to severe deformity and disability. Rheumatoid arthritis is three times more common in females than males, and its prevalence is about 1-2% in United Sates of America. It usually occurs after the age of 40 and before the age of 60. But it may also affect any age.
Rheumatoid arthritis symptoms
Symptoms of rheumatoid arthritis are variable. Joints are symmetrically inflamed and painful. Swelling and stiffness of affected joints are present. Stiffness in the morning which lasts more than half an hour is usually present. General symptoms of fever, malaise, loss of weight and pain are also present. Rheumatoid arthritis may affect other body parts. It may affect the skin, lungs, lymph nodes, spleen, heart, blood and blood vessels. Rheumatoid arthritis is a serious disease. It leads to severe disability and tends to shorten life.
Rheumatoid arthritis treatment
The goals of the treatment are aimed to reduce pain and inflammation, and to prevent deformities. In the beginning of the treatment, explaining the disease is a very important and supportive part of the treatment plan. Rest is indicated in inflammatory periods to decrease inflammation. Exercises are performed to preserve motion of affected joints according to a special program for each patient. Heat therapy has a great role in decreasing pain and inflammation. Natural supplements with A-3 fatty acids may be helpful.
Cupping therapy
Cupping therapy is a type of alternative and complementary medicine. It is one of the corner stones of Chinese medicine. Cupping therapy reduces pain and increases blood circulation. It also eliminates body toxins and inflammatory substances. Cupping therapy is a very effective natural treatment for rheumatoid arthritis. Cupping therapy reduces pain and inflammation of the affected joints. In the Egyptian Journal of Immunology (2005), researchers state that "Blood-letting cupping combined with conventional medicinal therapy has several advantages. It exerts marked improvement on the clinical condition of patients especially visual analogue scale of pain, it significantly reduces the laboratory markers of RA (rheumatoid arthritis) activity and it modulates the immune cellular conditions."(1). In another trial submitted in partial fulfillment for M.D degree in Mansoura University, researchers state that "Cupping therapy is a good treatment for pain in rheumatoid arthritis" and "Cupping therapy is useful in many diseases including arthritis"(2). Finally you need to find a qualified and licensed acupuncturist or cupping therapist to do cupping therapy.
References:
1-Sahbaa M.Ahmed, Soheir S.Maklad, Nour H.Madbouly, and Eman A.Abu-Shady. Immunomodulatory Effects of Blood Letting Cupping Therapy in Patients with Rheumatoid Arthritis. Egyptian journal of Immunology 12(2), 39-51. 2005.(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/...)
2-Ashraf Hussein Hassan, Farag Mohammed Farag, Mohammed Elmahdy H.Sarhan, Mohammed Yakout Abdel Aziz, and Mohammed Ahmed Abo Elela. Evaluation of cupping therapy in some chronic diseases (Rheumatoid Arthritis, Type 2 DM and chronic HCV infection). Thesis Submitted in partial fulfillment for M.D Degree of Internal Medicine. Faculty of Medicine, Mansoura University page 253. 2006.
3-Rheumatoid Arthritis and Complementary and Alternative Medicine (http://nccam.nih.gov/health/RA/#safe)
4-Rheumatoid Arthritis (MedlinePlus)(http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/...)
Article Source : http://www.cuppingtherapy.info/html/cupping_for_arthritis.html
Langganan:
Postingan (Atom)