Minggu, 24 Oktober 2010

Berbaring Pada Sisi badan Sebelah Kanan

Al Bara’ bin Azib radhiyalloohu ‘anhu meriwayatkan, bahwa Rosululloohu Sholalloohu ‘alayhi wasallam bersabda, “Apabila kamu hendak berangkat ke tempat tidurmu maka berwudhulah seperti wudhumu untuk sholat, kemudian berbaringlah pada sisi badan sebelah kanan. Setelah itu ucapkanlah, ‘Alloohumma aslamtu wajhiy ilayka wafawwadhtu amriy ilayka wa aljaktu zhohriy ilayka roghbatan warohbatan ilayka laa malja-a walaa manjaa minka illaa ilayka. Alloohumma aamantu bikitaabikal ladziy anzalta wabinabiyyikal ladziy arsalta’ (‘Duhai Allooh, aku menyerahkan wajahku kepada-Mu, aku menyerahkan urusanku kepada-Mu, aku menyandarkan punggungku kepada-Mu, karena senang dan takut pada-Mu. Tiada tempat perlindungan dan penyelamatan dari-Mu, kecuali kepada-Mu. Duhai Allooh, aku beriman kepada kitab yang telah Engkau turunkan, dan Nabi yang telah Engkau utus’). Apabila engkau meninggal dunia pada malam tersebut, maka engkau meninggal dunia di atas fitrah (Islam).” [HR Bukhari (5836) kitab Ad Da’wat, (239) kitab ¬Al Wudhu’ dan lafal tersebut adalah miliknya. Muslim (4884) kitab Adz Dzikru wad Duaa’]
Berbaring mungkin saja dilakukan dengan tengkurap, telentang, atau berbaring pada salah satu sisi badan; sebelah kanan maupun kiri. Lantas, bagaimanakah posisi berbaring yang paling baik demi berjalannya aktivitas seluruh anggota badan?
Ketika seseorang tidur tengkurap, menurut Dr. Zhahir Al-Athor, “Sesaat kemudian ia akan merasakan sesak nafas. Sebab beban punggung yang begitu berat menghalangi dada untuk mengembang dan mengempis saat menarik dan mengeluarkan nafas. Posisi tidur seperti ini juga dapat menyebabkan kebengkokan secara paksa pada ruas tulang tengkuk serta gesekan alat kelamin dengan tempat tidur yang mendorong untuk melakukan onani atau masturbasi. Selain itu, posisi tersebut dapat membuat jantung dan otak semakin bekerja keras.”
Seorang peneliti dari Australia mencatat bahwa tingginya persentase kematian anak-anak secara tiba-tiba mencapai tiga kali lipat tatkala mereka biasa tidur tengkurap dibandingkan anak-anak yang tidur pada salah satu sisi badan. Majalah Times juga mempublikasikan sebuah penelitian serupa yang dilakukan oleh orang-orang Britania yang menegaskan tingginya persentase kematian secara tiba-tiba di kalangan anak-anak yang biasa tidur tengkurap.
Satu hal yang benar-benar menakjubkan, ternyata banyak penelitian modern senada dengan apa yang diperintahkan oleh Rosulullooh Sholalloohu ‘alayhi wasallam, yakni dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Huroiroh radhiyalloohu ‘anhu, “Rosulullooh Sholalloohu ‘alayhi wasallam pernah melihat seseorang tidur tengkurap. Lantas Beliau Sholalloohu ‘alayhi wasallam pun bersabda, ‘Inna haadzihi dhoj’atun laa yuhibbuhallooh’ (Sesungguhnya tidur seperti ini tidak disukai Alloh).” [HR Ahmad (14993), Abu Dawud (4383), Tirmidzi (3692) kitab Al ‘Adab dan lafal tersebut adalah miliknya]
Adapun tidur telentang, sebagaimana pendapat Dr. Zhahir Al-Athor, dapat menyebabkan pernafasan melalui mulut, sebab mulut akan terbuka tatkala tidur telentang. Ini dikarenakan adanya kelonggaran pada rahang bawah. Padahal hidung adalah alat yang telah dipersiapkan untuk bernafas, yang di dalamnya terdapat rambut dan lendir. Keduanya berfungsi untuk membersihkan udara yang masuk. Selain itu, di dalam hidung juga terdapat banyak pembuluh darah untuk menghangatkan udara.
Meskipun pernafasan dapat dilakukan melalui mulut, namun hal tersebut akan menyebabkan pelakunya rentan terkena flu (pilek) di saat musim dingin, terjadinya pengeringan gusi, dan selanjutnya dapat menyebabkan terjadinya radang gusi.
Posisi tidur telentang juga memunculkan kasus berlebihnya udara yang masuk. Dalam posisi ini leher, langit-langit mulut, dan anak lidah (uvula) akan menghambat aliran nafas melalui hidung, sehingga sering terjadi dengkuran.
Bernafasnya orang yang tidur dari mulut akan menyebabkan lidahnya tertutup oleh lapisan putih yang menimbulkan bau mulut tidak sedap. Pada wanita, posisi ini akan menekan bagian lidah, sehingga wanita tersebut akan merasa cemas (gelisah).
Posisi ini juga tidak bagus untuk tulang punggung, sebab punggung menjadi tidak lurus. Terkadang ia akan menyebabkan kebengkokan pada tengkuk dan pangkal paha. Pada anak-anak, akan menyebabkan kepala menjadi datar jika terbiasa melakukannya dalam jangka waktu yang lama.
Tidur pada sisi sebelah kiri juga tidak dibenarkan. Sebab hati berada di bawah tekanan paru-paru sebelah kanan yang lebih besar ukurannya dibandingkan paru-paru sebelah kiri. Hal itu dapat mempengaruhi tugas dan fungsi paru-paru, khususnya bagi orang yang berusia lanjut. Bagian lain yang terkena imbasnya adalah perut. Perut yang terisi penuh akan terhimpit. Himpitan itu pun akan mengenai jantung dan hati. Hati merupakan isi perut yang paling berat dan posisinya tidak kokoh. Ia hanya tergantung pada ikatan yang ada pada sisi sebelah kanan. Akibatnya ia akan menghimpit jantung dan lambung yang menyebabkan terlambatnya pengosongan makanan dalam lambung.
Riset yang dilakukan oleh dua ilmuwan, Jalth dan Putzeyh, membuktikan bahwa perjalanan makanan dari lambung menuju usus selesai dalam waktu 2,5 – 4,5 jam saja bila seseorang tidur pada posisi badan sebelah kanan. Namun jika tidur pada sisi badan sebelah kiri, hal itu baru bisa diselesaikan dalam waktu 5 – 8 jam.
Jadi, tidur pada sisi badan sebelah kanan merupakan posisi yang benar, karena paru-paru sebelah kiri lebih kecil daripada yang sebelah kanan, sehingga lebih ringan bebannya bagi jantung. Hati pun dalam keadaan stabil dan tidak tergantung. Lambung juga dapat beristirahat di atasnya dengan penuh relaksasi. Selain itu, lebih mudah untuk mengosongkan makanan yang ada di dalam lambung sesudah mencernanya. Lebih dari itu, tidur pada sisi badan sebelah kanan di anggap sebagai tindakan medis terbaik yang memudahkan tugas batang tenggorokan rongga paru-paru sebelah kiri untuk mempercepat pengeluaran kotoran berupa ingus (lendir).
Selanjutnya Dr. Ar Rowi berkomentar, “Terjadinya pelebaran rongga-rongga paru-paru (bronkiektasis) adalah di sebelah kiri, tidak pada sebelah kanan. Sebab rongga-rongga paru-paru sebelah kanan bertahap naik ke atas (sedikit miring), yang mempermudah pengeluaran kotorannya melalui silia bronkhial. Adapun rongga paru-paru kiri dalam posisi vertikal, menyulitkan pembuangan kotorannya ke atas, sehingga menumpuklah kotoran-kotoran tersebut pada lower lobus (lobus bawah paru-paru) yang menyebabkan bronkiektasis (pelebaran rongga-rongga). Tanda-tandanya, banyak membuang dahak pada pagi hari. Penyakit ini bisa meningkat menjadi penyakit berbahaya, seperti abses paru-paru dan penyakit ginjal. Penyakit-penyakit tersebut bisa diminimalisir dengan terapi tidur pada sisi badan sebelah kanan, sebagaimana sabda Rosululloohu Sholalloohu ‘alayhi wasallam.

Sumber :
Nabi Sang Tabib. Mukjizat Kesehatan Fisik di Balik Sabda-sabda Nabi Sholalloohu ‘alayhi wasallam. Oleh Shubhi Sulaiman. Penerbit Aqwam. Cetakan I, April 2010