Kamis, 05 November 2009

Peran dan Mekanisme Aksi dari Habbatus sauda’ (Bagian 1)

Oleh dr Hendrik, S. Ked., M.Kes. *


Analisis dan publikasi studi-studi yang telah dilakukan di beberapa negara seperti di Pakistan, Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa negara di benua Eropa, pada seperempat abad terakhir menunjukkan bahwa habbatus sauda’ memiliki kandungan zat nutrisi yang sangat tinggi, seperti protein, lemak, karbohidrat, thiamin, riboflavine, pyridoxine, niacine, folacine, kalsium, zat besi, seng, dan fosfor. Adanya habbatus sauda’ pada saat ini telah menegaskan mengenai pemberlakuan kembali pemakaian obat-obatan seperti yang digunakan di zaman-zaman Mesir kuno, Yunani, dan Romawi. Habbatus sauda’ juga telah dinyatakan oleh Avicenna (Ibnu Sina, salah seorang pakar kesehatan zaman dahulu), yang tertuang dalam salah satu buku terkenalnya dengan judul “Canon of Medicine,” bahwa habbatus sauda’ memiliki beberapa aksi terhadap tubuh manusia, di antaranya sebagai ekspektoran (zat pengencer dahak/lendir), pembangkit energi tubuh, dan membantu pemulihan dari gejala-gejala fatique (tidak bergairah) dan dispiritedness (tidak ada semangat untuk hidup).
Di negara Pakistan dan Yunani Timur bagian tengah, habbatus sauda’ telah digunakan untuk mendorong pengeluaran air seni (diuretic), pengobatan keluhan discharge yang terjadi saat menstruasi (emmenagogue), penormalan pengeluaran keringat (diaphrotic), meningkatkan pengeluaran air susu ibu (galactagogue), pengobatan flu, pengobatan semua tipe penyakit alergi, pengobatan bronkhitis kronis, pengobatan asma bronkhial, dan pengobatan peradangan pada mata (conjunctivitis), pengobatan penyakit kuning (icteric), pengobatan kelumpuhan (paralysis), dan demam malaria tertiana. Di India, habbatus sauda’ digunakan untuk penyakit maag, kolik (nyeri pada bagian perut yang amat sangat), dan infeksi-infeksi parasit (seperti cacingan). Beberapa mekanisme aksi habbatus sauda’ secara detil telah berhasil didapatkan dan dinyatakan melalui studi-studi yang telah dilakukan, bahkan ada beberapa yang telah dipublikasikan, sekitar 10 – 20 tahun terakhir di beberapa negara di dunia, di antaranya adalah studi mengenai mekanisme-mekanisme aksi habbatus sauda’ sebagai antioksidan (anti radikal bebas), antihipertensi dan penyakit jantung, antidiabetes (kencing manis), antikolesterol, antikanker, antiperadangan, antihistamin, antiasma bronkhial, antiinfeksi bakteri, virus dan parasit, antinyeri, antimaag, dan penambah darah.

1. Sebagai zat antioksidan(anti zat-zat radikal bebas)
Ekstrak habbatus sauda’ (terutama zat utamanya, yaitu thymoquinone) telah menunjukkan efek proteksi terhadap mekanisme toksisitas (keracunan) pada sirkulasi/aliran darah, hati, ginjal, dan lain-lain yang diinduksi sebelumnya oleh obat-obatan antikanker dan beberapa racun(toksin). Hal ini dapat dilihat pada beberapa penelitian yang dilakukan pada hewan, di antaranya adalah salah satu penelitian yang dilakukan pada mencit, yang hasilnya menunjukkan bahwa pemberian habbatus sauda’ dapat mencegah penurunan nilai Hb dan jumlah leukosit pada mencit yang telah menerima cisplatine (salah satu obat antikanker). Nigella sativa (nama lain dari habbatus sauda’) bersama dengan cysteine (salah satu asam aminonya), vitamin E, dan cross sativus dapat memproteksi terjadinya beberapa toksisitas (keracunan) pada sistem sirkulasi/aliran darah, hati, dan ginjal yang telah terinduksi oleh cisplatine.
Thymoquinone dan fixed oil yang terkandung dalam habbatus sauda’ juga dilaporkan menghambat proses peroksidasi non-enzimatik pada lisosom-lisosom fosfolipid sel otak. Thymoquinone memproteksi sel-sel hepatosit (sel monosit pada organ hati) tikus yang diisolasi terhadap toksisitas yang diinduksi oleh ter-butyl-hydroperoxide. Thymoquinone juga menunjukkan efek proteksi hati (hepatoprotective) mencit terhadap toksisitas yang diinduksi oleh CCL4. El-Dakhakhany, et al juga telah melaporkan efek proteksi minyak Nigella sativa terhadap CCL4 dan D-galactosamine yang dapat menginduksi terjadinya toksisitas pada tikus. Pada studi ini proteksi terhadap toksisitas hati ditunjukkan dengan terjadinya penurunan aktivitas-aktivitas serum (pada liver function test [LFT]) yang bermakna, seperti penurunan serum-serum alkaline phosphatase, lactate dehydrogenase, malate dehydrogenase, aspartate aminotransferase, alanine aminotransferase, dan lain-lain, serta penurunan glutathione reductase secara bermakna.
Badary, et al melaporkan adanya efek proteksi thymoquinone terhadap mencit yang menderita Sindrom Fanconi yang telah terinduksi ifosfamide (salah satu obat antikanker), dan terhadap tikus yang menderita nefropathy (kelainan ginjal) yang telah terinduksi doxorubicine (salah satu obat antikanker), yang manifestasinya adalah terjadi perbaikan-perbaikan terhadap sign/symptoms yang telah ada (sebelumnya), yaitu fosfaturia (air seni mengandung ion fosfat [PO4]), glukosuria (air seni mengandung gula/glukosa [C6H12O6]), dan peningkatan creatinine dan ureum secara bermakna, serta terjadinya perbaikan-perbaikan terhadap adanya deplesi glutathione dan akumulasi lipid peroxide pada ginjal sebelumnya secara bermakna.
Bruits dan Bucar lebih lanjut melaporkan bahwa minyak Nigella sativa dan empat zat utamanya (thymoquinone, carvacrol, t-anethol, dan 4-terpineol) memiliki efek antioksidan (antiradikal bebas) yang ditunjukkan pada beberapa proses pengujian dengan menggunakan chemical assay, di antaranya adalah menggunakan diphenylpicrylhydracyl assay (untuk mengobservasi aktivitas atom hydrogen [H2] non spesifik dan donasi elektronnya), dan the assay for non-enzymatic peroxidation in liposomes and deoxy-ribose degradation assay (untuk mengobservasi berbagai OH-radical scavenger). Studi mutakhir lainnya yang dilakukan oleh Turkdogan, et al melaporkan adanya aksiproteksi Nigella sativa terhadap kelinci yang menderita sirosis hepatis (pengecilan hati disebabkan oleh tumbuhnya jaringan fibrosis setelah mengalami penyakit infeksi hati menahun [hepatitis kronis] atau keganasan pada hati) yang telah terinduksi oleh CCL4. dan El-Sherbeny yang juga melaporkan adanya efek proteksi Nigella sativa terhadap aksi genotoxic (penghancuran gen sel tubuh) dari suatu zat toksik 2,4-D-herbisida.
Ekstrak alkohol yang terkandung dalam Nigella sativa juga dilaporkan memiliki efek kombinasi, yaitu memampukan Nigella sativa menghasilkan persentase tertinggi penghambatan hydrogen peroxide (H2O2) pada mikrosom sel hati mencit yang telah diterapi lindane. Studi ini juga menunjukkan bahwa ekstrak Nigella sativa dapat lebih memproteksi tubuh manusia terhadap kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh zat-zat oksidatif (radikal bebas) dibanding suplemen-suplemen antioksidan sintetis lainnya.
Salah satu studi mutakhir terpublikasi lainnya, yang dilakukan oleh Mahmood MS, et al di Pakistan tahun 2003, melaporkan bahwa ekstrak Nigella sativa dapat menurunkan produksi nitric oxide (NO). Studi ini juga mengindikasikan bahwa ekstrak Nigella sativa dapat menunjukkan efek inhibisi (penghambatan) pada pembentukan NO (salah satu mediator pro-inflamasi/peradangan yang dapat bersifat sebagai radikal bebas) oleh sel-sel makrofage.
Penulis mendapatkan beberapa pengalaman klinis pada survei pasien-pasien kanker ± 20 sampai 30 % pasien yang sedang menjalani khemoterapi dan/atau radiasi (radioterapi), alhamdulillah, ternyata Nigella sativa membuktikan dapat mengurangi dan mencegah timbulnya beberapa efek samping akut yang diakibatkan oleh pemberian khemo/radioterapi tersebut secara bermakna tanpa mengurangi efektivitas kinerja dari pengobatan khemo/radiotrapi. Terutama dapat mengatasi beberapa efek samping berupa penurunan sel darah merah (Hb), sel darah putih (leukosit), dan sel pembekuan darah (trombosit), penurunan nafsu makan (anoreksia), tidak bergairah hidup (malaise), perontokan rambut (alopesia), dan lain-lain. Di sisi lain, juga didapatkan data dari pasien-pasien yang sering terpapar zat-zat antioksidan lainnya, seperti asap pabrik, asap masakan, asap rokok, asap dari pembakaran sampah, dan asap kendaraan bermotor, mengalami penurunan gejala-gejala klinisnya, seperti penurunan frekwensi batuk, pengeluaran riak/lendir dari tenggorokan, dan perasaan berat di sekitar dada secara bermakna. Pengkonsumsian habbatus sauda’ (bentuk kapsul) tersebut adalah dengan dosis pemberian 200 – 300 mg/kg berat badan (dibagi dalam 3 kali pemberian melalui mulut), setelah makan, dan dapat juga dikombinasi dengan minyak zaitun dan madu cair dengan dosis 3 kali dengan takaran ½ sampai 1 sendok teh setelah makan.

2. Efek habbatus sauda’ terhadap sistem kardiovaskuler
Pengobatan tradisional di Arab Saudi, Nigella sativa dalam sediaan tunggal atau dalam kemasan kombinasi dengan madu dan bawang putih telah dipromosikan untuk pengobatan hipertensi. Salah satu studi pada hewan uji tikus yang dilakukan oleh El-Tahir, et al membuktikan bahwa Nigella sativa mempunyai efek terhadap sistem kardiovaskuler. Thymoquinone dan Volatile oil-nya dapat menghasilkan suatu dosis dependen yang dapat menurunkan tekanan darah arteri dan frekwensi jantung. Efek-efek ini secara bermakna berlawanan dengan beberapa obat seperti atrophine, cyproheptadine, hexamethonium, dan sumsum tulang (spinal pithing).
Studi tersebut menunjukkan bahwa efek yang ditimbulkan nigella sativa dimediasi secara sentral (melalui sistem saraf pusat [otak]), yaitu reseptor 5-hydroxytryptaminergic dan muscarinic. Pada studi tersebut juga menunjukkan bahwa pemberian ekstrak minyak nigella sativa dengan dosis 0,6 ml/kg/hari, dengan cara seperti meminum obat. Hal itu akan menimbulkan efek penurunan tekanan darah (tensi) yang sama dengan pemberian nifedipine (salah satu obat antihipertensi dari golongan calcium-blocker)dengan dosis 0,5 mg/kg/hari, dengan cara seperti meminum obat, dan pemberian furosemide (salah satu obat antihipertensi dari golongan diuretik) dengan dosis 0,5 mg/kg/hari, dengan cara seperti meminum obat.
Penulis mendapatkan beberapa pengalaman klinis pada survei pasien-pasien yang mengalami peningkatan tekanan darah (hipertensi), penurunan tekanan darah (hipotensi), dan lemah/gagal jantung (dekompensasio kordis), sekitar 10 sampai 15 pasien. Pada umumnya para pasien yang mengalami hipertensi mempunyai tensi rata-rata 160 – 170/90 – 100 mmHg (hipertensi derajat sedang/berat), dan para pasien yang mengalami hipotensi mempunyai tensi rata-rata 70 – 80/50 – 60 mmHg, semuanya berumur rata-rata minimal 50 tahun, yang telah menjalani pengobatan minimal 1 sampai 2 tahun, dan telah mendapat beberapa pengobatan standar medis terbaik, seperti adalat, lasix, dan lain-lain. Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah SWT dan kesabaran yang dijalani oleh para pasien tersebut, pengobatan dengan ketentuan penggunaan habbatus sauda’ dan kaidah pengobatan yang rasional secara syariat maupun medis, dalam jangka waktu sekitar rata-rata 1 sampai 2 minggu keadaan tekanan darahnya dapat distabilkan, menjadi rata-rata ± 120 – 130/70 – 80 mmHg.
Sementara untuk para pasien yang menjalani pengobatan habbatus sauda’ pada penyakit lemah/gagal jantung, gejala atau keluhan klinis yang menyertainya, seperti pembengkakan pada kedua tungkai, hipertensi, peningkatan denyut jantung, mudah lelah, sesak nafas, dan lain-lain, alhamdulillah, berangsur-angsur penyakit itu menghilang, dimulai dengan menurunnya tensi dan penstabilan denyut jantung, disertai dengan pengisutan pembengkakan pada kedua tungkainya melalui peningkatan frekwensi dan kuantitas pengeluaran air seni rata-rata minimal terjadi setelah hari ke-2 dan ke-3 setelah pemberian habbatus sauda’, dan selanjutnya rata-rata minimal mulai hari ke-14 keadaan lemah/gagal jantungnya secara klinis berkurang secara bermakna (terjadi penstabilan/penormalan kondisi kinerja jantungnya secara klinis sebesar 70 – 80 %). Pengonsumsian habbatus sauda’ (berbentuk kapsul) dengan dosis pemberian 80 – 100 mg/kg berat badan, dibagi dalam 3 kali, diminum seperti mengonsumsi obat, setelah makan, dapat juga dikombinasi dengan minyak zaitun dan madu cair dengan dosis 3 kali, dengan takaran ½ sampai 1 sendok teh setelah makan.

(Bersambung ke "Peran dan Mekanisme Aksi dari Habbatus sauda’ (Bagian 2"))

1 komentar:

Tijo mengatakan...

Asslamulaikum,postingnya sangat bermanfaat bagi saya. zakullah khairan katsiran.epura